Instalasi Pemanen Air Hujan Menjadi Gebrakan untuk Menjawab Kekeringan di Kabupaten Bojonegoro
KLIKJATIM.Com | Bojonegoro – Setiap musim kemarau sejumlah wilayah di Kabupaten Bojonegoro mengalami kekeringan. Untuk itu Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) menjadi implementasi dari “Gerakan Panen Air Hujan” yang merupakan … The post Instalasi Pemanen Air Hujan Menjadi Gebrakan untuk Menjawab Kekeringan di Kabupaten Bojonegoro appeared first on KlikJatim.com.
Salah satu penerima manfaat Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) saat mengambil air untuk dimasak (Afifullah/klikjatim.com)
KLIKJATIM.Com | Bojonegoro – Setiap musim kemarau sejumlah wilayah di Kabupaten mengalami kekeringan. Untuk itu Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) menjadi implementasi dari “Gerakan Panen Air Hujan” yang merupakan salah satu program dari Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro terpilih, Setyo Wahono-Nurul Azizah, dalam mengatasi kesulitan air bersih warga di sejumlah desa, di Kabupaten Bojonegoro.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa pada September 2024, ada 92 desa di 23 kecamatan, di Kabupaten Bojonegoro mengalami kekeringan parah. Lebih dari 41.000 jiwa kesulitan mendapatkan air bersih.
Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) ini, dikembangkan oleh Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (Ademos) bekerja sama dengan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Perwakilan Ademos Indonesia, Zaenal Arif mengatakan, saat ini di tahap awal sudah ada 30 unit IPAH yang telah dibangun di sejumlah desa yang tersebar di lima kecamatan, di Kabupaten Bojonegoro. Dengan program ini diharapkan mampu menjadi solusi sumber air bersih yang sehat dan berkelanjutan bagi sejumlah desa di Kabupaten Bojonegoro yang setiap tahun mengalami kesulitan air bersih.
“Sementara ini kami ada 30 unit yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tambakrejo, Ngraho, Purwosari, Ngasem, dan Kecamatan Baureno,” ungkapnya Minggu (2/2/2025).
Menurutnya, kapasitas 1.000 liter tersebut untuk satu kepala keluarga (KK). Nantinya, dalam pengembangan akan dibangun instalasi dengan kapasitas atau volume yang lebih besar, sehingga bisa dimanfaatkan oleh beberapa kepala keluarga (KK). “Nanti dalam pengembangan bisa digunakan untuk beberapa KK dengan menambah volume tandonnya,” tuturnya.
Kemudian lanjut Zaenal Arif, nantinya limpahan air hujan dari instalasi tersebut akan disuntikkan (inject) ke dalam tanah, sehingga air hujan bisa terserap ke dalam tanah atau tidak terbuang atau langsung mengalir ke parit atau sungai. Dengan konsep tersebut diharapkan akan menambah volume air di permukaan tanah. “Kita ada beberapa titik yang sudah di-inject ke dalam tanah,” kata Zaenal Arif.
Sementara itu, Salah satu warga Dusun Kramanan, Desa Jatimulyo, Kecamatan Tambakrejo, Edi Hariyanto (40), selaku penerima manfaat mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di rumahnya.
“Kita sangat berterima kasih, karena biasanya menimba air di sungai, dan dengan adanya IPAH ini sangat membantu kita tidak mengambil di sungai saat nantinya di musim kemarau,” ungkapnya.
Edi mengungkapkan bahwa air dari hasil IPAH ini hampir tidak ada bedanya dengan air dari sendang (sumur). Bahkan menurutnya air dari IPAH ini lebih cepat mendidih jika direbus. Hal ini kemungkinan karena kadar kapur dalam air lebih rendah jika dibanding air dari sumur. “Lebih “enteng”. Kalau direbus lebih cepat mendidih,” pungkasnya. (gin)