BPS Catat Deflasi 0,76%, Efek Diskon Tarif Listrik Setengah Harga

BPS mencatat deflasi sebesar 0, 76% seiring dampak diskon tarif listrik 50%. Ini di luar ekspektasi para ekonom yang memperkirakan inflasi 0, 3% hingga 0, 4%.

BPS Catat Deflasi 0,76%, Efek Diskon Tarif Listrik Setengah Harga

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat indeks harga konsumen mengalami  secara bulanan pada Januari 2025 sebesar 0,76%. Deflasi terutama disumbangkan oleh diskon tarif listrik sebesar 50% yang diberlakukan pemerintah pada Januari-Februari 2025. 

“Tarif listrik menjadi penyumbang utama deflasi Januari 2025,” kataP elaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/2).

Amalia menjelaskan, indeks harga konsumen turun dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99. Menurut dia, deflasi bulanan pada Januari 2025 ini merupakan deflasi pertama setelah terakhir kali terjadi di September 2024.

“Kelompok penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang deflasinya sebesar 9,16% dan ini memberikan andil deflasisebesar 1,44%,” ujar Amalia.

Dia menambahkan, komoditas yang dominan menjadi pendorong deflasi kelompok ini adalah tarif listrik. Menurutnya, tarif listrik memberikan andil terhadap deflasi sebesar 1,47%.

Komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah tomat sebesar 0,03%, ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara dengan andil deflasi masing-masing 0,01%.

Lalu komoditas lain yang memberikan andil deflasi antara lain cabai merah dan cabai rawit yang masing-masing adalah 0,19% dan 0,17%. Sementara itu, ikan segar, minyak goreng, dan bensinmemberikan andil deflasi masing-masing 0,03%.

Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi sebesar 2,95% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,48%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.

Adapun indeks harga konsumen masih mencatatkan inflasi secara tahunan sebesar 0,76%. Inflasi tahunan terutama disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai 3,69%, dengan andil sebesar 1,07%.

Sedangkan kelompok air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi 8,75% dengan andil sebesar 1,39%.

Deflasi Tak Terduga 

Ekonom sebelumnya memperkirakan, indeks harga barang akan mengalami inflasi pada Januari 2025. Kepala Ekonom Bank Central AsiaDavid Sumual sebelumnya memproyeksi inflasi Januari mencapai 0,36% secara bulanan atau 1,9% secara tahun. Sedangkan inflasi inti pada periode tersebut diproyeksikan mencapai 0,24% secara bulanan atau 2,3% secara tahunan. 

David menjelaskan, inflasi secara umum masih didorong oleh harga bahan pokok. Hal ini terutama naik harga cabai merah secara bulanan yang cukup tinggi. Sedangkan kenaikan inflasi inti dipangaruhi oleh kenaikan harga emas hingga Pertamax. 

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan inflasi di kisaran 0,4% secara bulanan atau 1,94% secara tahunan. Ia sebelumnya juga menduga, kenaikan harga bahan pangan yang bergejolak menjadi pemicu kenaikan inflasi. 

“Kenaikan inflasi harga bergejolak sejalan dengan pola musiman dari masalah pasokan bahan makanan menjelang musim panen,” ujar Josua.

Sementara itu, Josua memperkirakan inflasi inti pada Januari 2025 sebesar 2,24% secara tahunan, turun tipis dibandingkan Desember 2024 sebesar 2,6%

Sebaliknya, inflasi IHK inti tahunan diperkirakan turun tipis menjadi 2,24% secara tahunan pada Januari 2025. Sementara pada Desember 2024, IHK tercatat mencapai 2,26% secara tahunan.