BBKSDA NTT kelolah enam kawasan lahan basah  sebagai peluang wisata

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur mengelola enam kawasan lahan basah yang dapat ...

BBKSDA NTT kelolah enam kawasan lahan basah  sebagai peluang wisata
Dalam kampanye tersebut kami sosialisasi kepada pengunjung terkait pentingnya perlindungan terhadap lahan basah serta mengenalkan kepada masyarakat Kota Kupang tentang situs ramsar ke-8

Kupang (ANTARA) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur mengelola enam kawasan lahan basah yang dapat digunakan untuk keanekaragaman hayati, air bersih, perlindungan banjir dan peluang wisata.

Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud kepada wartawan di Kupang, Minggu malam dalam acara peringatan Hari Lahan Basah sedunia 2025 mengatakan bahwa enam lahan basah tersebut tersebar di sejumlah Kabupaten di NTT.

“Salah satunya adalah Taman Wisata Alam Menipo di Kabupaten Kupang,” katanya.

Selain TWA Menipo BBKSDA NTT juga mengelola kawasan lahan basah di Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang, lalu suaka Margasatwa (SM) Danau Tuadale, di Kabupaten Kupang.

Keempat adalah TWAL Gugus Pulau Teluk Maumere di Kabupaten Sikka, Cagar Alam (CA) Hutan Bakau Maubesi di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), serta Danau Ranamese di TWA Ruteng.

Selain itu BBKSDA NTT juga mengelolah area preservasi pada Danau Ledulu dan Danau Lendoen sebagai habitat kura-kura Rote.

Dia menjelaskan bahwa peringatan hari lahan basah dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya lahan basah selain itu untuk merayakan peran lahan basah untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Konvensi Ramsar adalah wilayah payau, rawa, lahan gambut atau perairan, baik alami atau buatan, permanen atau sementara, dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya pada saat air surut tidak melebihi enam meter.

Lahan basah ini merupakan suatu ekosistem dimana air memiliki peranan utama dalam mendukung berbagai spesies baik satwa maupun tumbuhan.

Ekosistem ini juga menjadi ekosistem yang paling rentan terhadap kerusakan dan degradasi sehingga upaya perlindungan perlu dilakukan.

Dia menambahkan bahwa tema peringatan lahan basah tahun ini adalah "Protecting wetlands for our common future" yang diadopsi menjadi baris tera (tagline) “Jaga Lahan Basah untuk Masa Depan yang Cerah” yang digunakan untuk memperingati WWD 2025 di Indonesia.

WWD tahun 2025 mengangkat pesan tentang kesadaran untuk menghentikan pencemaran pada lahan basah, pelestarian dan pengelolaan berkelanjutan dari lahan basah, dan partisipasi dalam pemulihan ekosistem lahan basah.

Balai Besar KSDA NTT dalam rangka peringatan WWD 2025 melaksanakan kampanye untuk peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah dengan melaksanakan sosialisasi pada acara CFD (Car Free Day) di Jalan El Tari Kota Kupang.

“Dalam kampanye tersebut kami sosialisasi kepada pengunjung terkait pentingnya perlindungan terhadap lahan basah serta mengenalkan kepada masyarakat Kota Kupang tentang situs ramsar ke-8,” ujar dia.

Dia berharap agar peringatan lahan basah sedunia bisa menjadi momentum untuk masyarakat NTT peduli terhadap lingkungan dan membantu pelestarian serta pemulihan ekosistem lahan basah.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025