Deteksi Dini Kanker Serviks, Kapan Perempuan Perlu Lakukan Pap Smear?

Pap smear perlu dilakukan secara berkala agar kanker serviks bisa dideteksi dan ditangani sejak dini. Siapa saja yang perlu melakukan?

Deteksi Dini Kanker Serviks, Kapan Perempuan Perlu Lakukan Pap Smear?

TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Kementerian Kesehatan, merupakan jenis kanker keempat terbanyak di kalangan perempuan di seluruh dunia. Kanker serviks terutama disebabkan infeksi human papillomavirus (HPV). Namun, ada faktor-faktor risiko yang membuat perempuan rentan terkena kanker serviks seperti punya riwayat kanker serviks dalam keluarga, riwayat penyakit menular seksual, sistem kekebalan tubuh lemah, dan kebiasaan merokok.

Pola makan tidak sehat, obesitas, mulai melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda, terlalu sering hamil, serta hamil dan melahirkan pada usia sangat muda juga membuat perempuan lebih rentan terserang kanker serviks. Karena itu, spesialis kandungan dan kebidanan Winda Nizarwan meminta wanita yang sudah menikah atau telah melakukan hubungan seksual pada usia 21 tahun menjalani pap smear secara berkala  untuk mendeteksi kemungkinan munculnya . 

Pemeriksaan pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim untuk mengetahui ada tidaknya sel-sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker serviks. "Untuk yang sudah menikah di usia 21 tahun saja kita sudah lakukan pap smear setiap tiga tahun," kata Winda dalam webinar pada Jumat, 7 Februari 2025.

Pentingnya deteksi dini
perlu dilakukan secara berkala agar kanker serviks bisa dideteksi dan ditangani sejak dini. Menurut informasi di laman resmi Kemenkes, kanker serviks biasanya baru menunjukkan gejala ketika sudah memasuki stadium lanjut. 

Karena itu, penting untuk menjalani prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks sejak dini. Winda menyarankan perempuan berusia 30-65 tahun menjalani pap smear dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan HPV, virus yang dapat menyebabkan kanker serviks.

"Jika dua modal ini dilakukan, maka interval pemeriksaan akan lebih panjang lagi, per lima tahun," kata dokter di Rumah Sakit Permata Depok itu.

Perempuan berusia 65 tahun ke atas serta yang memasuki masa perimenopause maupun menopause juga dianjurkan menjalani pap smear dan menjalani pengulangan pemeriksaan 2-3 tahun setelahnya.

"Jika pemeriksaan hasilnya tidak ditemukan keganasan bisa tidak lanjut pap smear berikutnya, kecuali masih aktif dalam hubungan seksual, berganti pasangan, maka sebaiknya tetap lakukan pap smear rutin," saran Winda.

Perempuan yang hendak menjalani pap smear diminta tidak melakukan hubungan seksual selama tiga hari sebelum pemeriksaan demi mencegah kemungkinan terjadi luka atau benturan di mulut rahim saat berhubungan intim yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan. 

Selain itu, wanita yang hendak menjalani pap smear disarankan tidak menggunakan cairan antiseptik untuk membersihkan vagina. Winda menganjurkan perempuan yang sedang mengonsumsi obat kemoterapi memberitahu terapi pengobatan yang sedang dijalani kepada tenaga medis bila hendak menjalani pap smear.

"Sebaiknya disampaikan jika memang sedang dalam pengobatan," imbaunya.