Dr Belladonna: Carbon Capture and Storage (CCS) Bisa Serap 170 Ribu Naker

Dr Belladonna: Carbon Capture and Storage (CCS) Bisa Serap 170 Ribu Naker. ????Bogor (beritajatim.com) – Indonesia Business Post menyelenggarakan pelatihan jurnalisme bertema “Understanding Carbon Capture and Storage (CCS)” pada Sabtu, 18 Januari 2025 hingga Minggu, 19 Januari 2025 di Swiss-Belhotel Bogor. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wartawan mengenai teknologi CCS, yang merupakan bagian penting dari strategi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions pada 2060. Pelatihan dengan [...] -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Dr Belladonna: Carbon Capture and Storage (CCS) Bisa Serap 170 Ribu Naker

Bogor (beritajatim.com) – Indonesia Business Post menyelenggarakan pelatihan jurnalisme bertema “Understanding Carbon Capture and Storage (CCS)” pada Sabtu, 18 Januari 2025 hingga Minggu, 19 Januari 2025 di Swiss-Belhotel Bogor.

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wartawan mengenai teknologi CCS, yang merupakan bagian penting dari strategi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions pada 2060.

Pelatihan dengan Fokus Energi dan Lingkungan

Kegiatan ini dihadiri oleh 30 wartawan profesional yang meliput isu energi. Pembicara kunci meliputi Farah Heliantina, Asisten Deputi Transisi Energi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; Dr. Firera, Vice President Business Support and Lead of Carbon, SKK Migas; Mamik Cahyono dan Bobby Permanahadi dari Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM); serta Dr. Mohammad Rachmat Sule dari Institut Teknologi Bandung.

Selama dua hari, peserta mempelajari dasar-dasar CCS, dampaknya terhadap lingkungan, tantangan implementasinya di Indonesia, serta kerangka regulasi yang mendukung pengembangan teknologi ini.

“Kami berharap jurnalis dapat melaporkan topik CCS dengan lebih akurat dan mendalam, sehingga mendukung kesadaran publik dan kebijakan terkait,” ujar Anelis Putri, Direktur Utama Indonesia Business Post Media Group.

Pelatihan ini selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang penerapan teknologi CCS di Indonesia.

CCS: Solusi Utama dalam Transisi Energi

Farah Heliantina dalam pidatonya menegaskan pentingnya CCS dalam transisi energi dan ekonomi Indonesia.

“Dengan CCS, kita tidak hanya melindungi lingkungan tetapi juga menciptakan ketahanan ekonomi,” ujarnya.

Indonesia memiliki potensi geologi besar untuk pengembangan CCS, seperti di Cekungan Sunda-Asri, yang mendukung investasi hijau dan energi terbarukan.

Farah menambahkan bahwa CCS dapat menciptakan lapangan kerja baru, mendorong inovasi, dan meningkatkan daya tarik investasi.

Pemerintah berkomitmen melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% pada 2030 dan mencapai Net Zero Emissions pada 2060.

Indonesia Sebagai Hub Regional CCS

Dr. Belladonna Troxylon Maulianda, Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center (ICCSC), menyatakan bahwa Indonesia berpotensi menjadi hub CCS di Asia Tenggara.

“Dengan kapasitas penyimpanan karbon hingga 600 gigaton dan lokasi strategis, Indonesia memiliki daya tarik investasi yang besar,” jelasnya.

Apalagi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan bisa menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang. “CSS bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menyerap tenaga kerja 170 Ribu,” kata Dr Belladonna.

Saat ini, terdapat 15 proyek CCS di Indonesia dengan total investasi sekitar USD 28 miliar, termasuk CCS Abadi di Blok Masela dan CCUS Ubadari. Proyek-proyek ini didukung regulasi seperti Perpres No. 14/2024 dan standar internasional ISO/TC 265.

Namun, tantangan tetap ada, seperti biaya investasi tinggi dan kebutuhan infrastruktur transportasi karbon. Media massa diharapkan membantu meningkatkan kesadaran publik terkait pentingnya CCS.

Percepatan Implementasi CCS di Sektor Hulu Migas

Firera dari SKK Migas mengungkapkan bahwa teknologi CCS/CCUS sedang diterapkan di sektor hulu migas. Proyek seperti CCS Abadi dan CCUS Ubadari diproyeksikan mulai beroperasi pada 2030 dan 2029. Pemerintah juga menetapkan regulasi seperti Panduan Kerja SKK Migas No. PTK-070/2024 untuk mendukung pelaksanaan teknologi ini.

Dengan potensi penyimpanan karbon mencapai 577,77 gigaton CO2, Indonesia berambisi menjadi pusat pengembangan CCS di Asia Tenggara. Langkah ini mendukung target emisi nasional sekaligus menarik investasi berkelanjutan.

Regulasi Mendukung Pengembangan CCS

Pemerintah melalui Perpres No. 14 Tahun 2024 mengatur izin eksplorasi hingga operasional CCS. Kapasitas penyimpanan karbon dialokasikan 70% untuk kebutuhan domestik dan 30% untuk luar negeri. Selain itu, Kementerian ESDM telah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 2 Tahun 2023 untuk mengintegrasikan CCS dalam usaha hulu migas.

“Pelaksanaan CCS diharapkan dapat mengurangi emisi dan meningkatkan daya saing global,” ujar Mamik Cahyono dari Ditjen Migas Kementerian ESDM.

Acara ini didukung oleh ExxonMobil Indonesia, bp Indonesia, Pertamina, PLN, Medco Energy International, Indonesia CCS Center, dan SKK Migas. Dengan regulasi kuat, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi teknologi, Indonesia berkomitmen memimpin dekarbonisasi di Asia Tenggara. (ted)