FPCI lawan disinformasi dengan siapkan platform cek fakta
Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Polandia di Jakarta berupaya ...
Jakarta (ANTARA) - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Polandia di Jakarta berupaya meluncurkan situs web bernama Reality Check untuk melawan disinformasi dan misinformasi, serta mempromosikan pengetahuan umum tentang isu-isu internasional.
“Proyek ini bertujuan untuk menghasilkan alat digital, sebuah situs web, dan juga sebuah aplikasi yang berisi kuis pers yang diperbarui secara berkala, yang membahas isu-isu internasional yang relevan untuk audiens Indonesia,” kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Australia yang juga senior di FPCI, Nadjib Riphat Kesoema di Jakarta, Jumat.
Nadjib menjelaskan kuis tersebut ini mencakup pengetahuan umum tentang isu-isu kebijakan luar negeri dan isu-isu yang rentan terhadap disinformasi, misinformasi, dan hoaks.
Alat digital tersebut, lanjutnya, dirancang dengan tujuan edukasi dan dimaksudkan pada kegiatan akademik maupun non-akademik seperti di kelas mahasiswa untuk penyebaran yang lebih luas melalui platform media sosial.
“Tujuannya adalah untuk melawan disinformasi dan misinformasi, sekaligus mempromosikan pengetahuan umum tentang isu-isu internasional, terutama di area yang rentan terhadap disinformasi,” ucapnya.
Mantan diplomat tersebut menuturkan penyebaran informasi yang cepat dapat memberdayakan publik tetapi juga dapat menyesatkan.
Selain itu, masyarakat era sekarang menyaksikan narasi palsu dapat merusak kepercayaan publik, memicu perpecahan, dan bahkan mengancam institusi demokrasi, katanya menambahkan.
Dia pun mengutip laporan World Economic Forum mengenai risiko global tahun ini dengan peringkat risiko global tertinggi untuk dua tahun ke depan. Risiko tertinggi pertama adalah misinformasi dan disinformasi, diikuti oleh cuaca ekstrem di peringkat kedua, dan konflik bersenjata berbasis negara di peringkat ketiga.
“Menurut laporan World Economic Forum, peningkatan penggunaan konten yang dihasilkan oleh AI (kecerdasan buatan) membuat misinformasi dan disinformasi semakin meluas. Ini adalah hal baru yang sepenuhnya berbeda dalam dunia informasi. Kita bahkan belum bisa memberikan peringkat untuk itu,” tuturnya.
Latar belakang itulah yang kemudian membuat FPCI tergerak untuk peran penting dalam mengatasi isu tersebut.
Dia menekankan pentingnya strategi efektif untuk mengatasi disinformasi dengan memprioritaskan literasi media, pemikiran kritis, dan membekali diri serta komunitas dengan alat untuk membedakan fakta dari fiksi.
“Dengan mempromosikan pengetahuan umum, terutama di area yang rentan terhadap disinformasi, kita dapat membangun ketahanan terhadap penyebaran kebohongan,” katanya.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025