Ketika Allah Cabut Kenikmatan Orang Kaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah berkehendak atas segala sesuatu. Jika Allah berkehendak, tak ada yang bisa menghalangi. Termasuk, membuat seseorang yang tadinya miskin menjadi kaya lalu memiskinkannya kembali. Ini akibat kelalaian...

Ketika Allah Cabut Kenikmatan Orang Kaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah berkehendak atas segala sesuatu. Jika berkehendak, tak ada yang bisa menghalangi.

Termasuk, membuat seseorang yang tadinya miskin menjadi kaya lalu memiskinkannya kembali. Ini akibat kelalaian manusia yang karena kekayaannya lupa pada Allah. Orang ini terlalu menganggungkan kekayaan. Padahal, miskin bukan sesuatu yang hina selama kita tidak jauh dari Allah.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 216, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Melalui ayat ini, Allah menguji umat Muslim salah satunya dengan kemiskinan dan kemelaratan. Sehingga ketika segala upaya telah kita lakukan untuk membuka pintu rezeki, namun Allah belum juga membuka pintu itu, maka yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha dan bersabar.

Karena bisa jadi, ini merupakan cara Allah menguji keteguhan hamba-Nya. Karena bisa jadi, ketika kekayaan itu didapat dengan mudah, justru menyebabkan kita mudah tergelincir karenanya, sehingga bisa membuat kita jauh dari Allah swt.

Sebagaimana kisah sahabat Tsalabah bin Hathib, dikutip dari buku Mengetuk Pintu Rezeki karya Irwan Kurniawan. Tsalabah merupakan sahabat Nabi yang sangat taat. Ia tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu berjamaah bersama saw. Namun, Tsalabah adalah orang yang sangat miskin. 

Saking miskinnya, Tsa' labah hanya memiliki satu buah sarung yang harus dipakai bergantian dengan istrinya. Oleh karena itu, setelah shalat berjamaah selesai, Tsalabah selalu tergesa-gesa pulang ke rumah karena istrinya membutuhkan sarung itu untuk melaksanakan shalat.

Suatu ketika, Tsalabah memberanikan diri meminta Rasulullah untuk mendoakannya, agar Allah memberinya kecukupan rezeki, tetapi Nabi Saw menasihatinya, bahwa jika ia bersabar dan mensyukuri apa yang dimilikinya, itu jauh lebih baik daripada diberi kekayaan. 

Awalnya ia menerima nasihat Nabi Saw itu. Namun, setelah tiba di rumah, rupanya ia merasa tidak tahan dengan kemiskinannya. Hari berikutnya, ia datang lagi kepada Nabi Saw dan menyampaikan permintaan yang sama, dan Nabi Saw pun memberikan jawaban yang sama seperti sebelumnya.

 

Loading...

sumber : Dok Republika