Mekanisme Pembukaan Penyeberangan Rafah setelah Gencatan Senjata
Penyeberangan Rafah merupakan jalur vital bagi warga Gaza untuk mendapatkan akses medis dan kemanusiaan
TEMPO.CO, Jakarta - Medhat Abbas, dokter asal Palestina yang mengungsi ke Indenesia dan bergabung dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menjelaskan mekanisme teknis pembukaan penyeberangan darat Rafah yang dirancang untuk membantu pasien dan warga Palestina yang mengungsi di luar negeri setelah . Abbas juga diketahui mantan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza
Penyeberangan Rafah, yang merupakan salah satu akses utama ke Jalur Gaza, direncanakan dibuka tujuh hari setelah gencatan senjata diberlakukan. Menurut Abbas, penyeberangan ini akan difungsikan untuk memfasilitasi keluarnya pasien dan mereka yang terluka dengan kapasitas maksimal 50 orang per hari.
"Pembukaan ini merupakan langkah penting untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan di luar Gaza, mengingat kondisi fasilitas kesehatan di dalam wilayah ini sangat terbatas akibat blokade yang berkepanjangan," ujar Abbas.
Pengelolaan penyeberangan ini akan diawasi secara teknis oleh Uni Eropa dengan melibatkan tiga anggota Otoritas Palestina dan tujuh anggota misi . Langkah ini, menurutnya, dirancang untuk memastikan kelancaran proses tanpa gangguan dari pihak mana pun.
Abbas dalam keterangannya, juga menjelaskan pemulangan warga Palestina yang berlindung ke Mesir hanya dapat dilakukan setelah Israel menarik pasukannya dari Koridor Philadelphia. Proses pemulangan akan melalui persetujuan bersama antara Israel, Otoritas Palestina, dan Uni Eropa. Permintaan pemulangan harus diajukan sebelumnya melalui Kedutaan Besar Palestina di Kairo.
"Israel memiliki hak untuk menyetujui atau menolak pemulangan individu tertentu. Mekanisme ini memang tidak ideal, namun harus dilalui agar proses kemanusiaan ini tetap berjalan," kata Abbas.
Ia menekankan penyeberangan Rafah merupakan jalur vital bagi warga Gaza untuk mendapatkan akses medis dan kemanusiaan yang mendesak. Oleh karena itu, semua pihak terkait diharapkan dapat bekerja sama secara konstruktif demi meringankan penderitaan rakyat Palestina.
"Ini bukan hanya tentang logistik, tetapi juga tentang kemanusiaan. Semoga langkah ini menjadi awal dari proses pemulihan yang lebih besar bagi warga Gaza," tutup Dr. Medhat Abbas.
Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional (DPN) BSMI, M Djazuli Ambari, menambahkan BSMI akan mengirimkan Emergency Medical Team (EMT) yang terdiri dari dokter spesialis untuk membantu proses rehabilitasi medis di dalam Gaza setelah . Saat ini, BSMI sudah mengoperasikan Klinik Indonesia di Khan Younis dan dipersiapkan sebagai basecamp untuk tim EMT BSMI beraktivitas di Gaza termasuk membantu fasilitas kesehatan di Gaza yang masih beroperasi.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik