Pakar Nilai Calon Polisi dari Santri juga Bisa Degradasi Moral Bila Institusi Polri Tak Berbenah
Keinginan Kapolri untuk merekrut santri sebagai calon polisi dinilai sikap mengalihkan masalah ke masyarakat ketimbang membenahi internal Polri.
![Pakar Nilai Calon Polisi dari Santri juga Bisa Degradasi Moral Bila Institusi Polri Tak Berbenah](https://statik.tempo.co/data/2024/11/11/id_1352372/1352372_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) menilai para yang didik dengan nilai moral dan disiplin dari pondok pesantren bisa berpeluang mengalami degradasi saat bergabung dengan institusi yang lingkungannya tidak mendukung profesionalisme dan integritas.
Pernyataan itu merespons keinginan Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang memprioritaskan santri menjadi anggota polisi karena dinilai lebih kokoh dalam menahan godaan saat bertugas.
“Justru ada kekhawatiran bahwa santri yang masuk malah akan ikut terpengaruh oleh lingkungan kerja yang ada,” kata Co-founder ISESS Khairul Fahmi, saat dihubungi, Jumat, 7 Februari 2025.
Khairul berpandangan, semestinya kepolisian tidak sekadar memprioritaskan santri, tetapi juga memastikan bahwa mekanisme seleksi berjalan dengan baik, transparan, dan berintegritas. Dengan demikian, tidak ada persoalan soal kualitas calon polisi yang direkrut.
Meskipun ada calon polisi yang dinilai tidak memiliki moralitas yang baik, kata Khairul, semestinya karakter mereka dapat diubah melalui sistem pendidikan perekrutan calon polisi yang menjadi wadah membentuk integritas mereka.
Ia pun menilai pernyataan Sigit yang memprioritaskan calon polisi dengan latar belakang santri dapat diartikan sebagai ketidakpercayaan terhadap sistem pendidikan kepolisian dalam membentuk karakter yang baik.
Khairul menilai pernyataan Kapolri soal godaan seolah-olah mengindikasikan bahwa masalah profesionalisme dan integritas di tubuh kepolisian bersumber dari masyarakat. “Realitanya banyak anggota yang awalnya berintegritas justru mengalami kemunduran setelah masuk ke dalam lingkungan kepolisian.”
Pernyataan Kapolri juga dinilai sebagai bentuk pengalihan perhatian dari tanggung jawab institusi untuk memperbaiki internal. Khairul mengatakan mereka seharusnya memperbaiki dan membangun mekanisme pengawasan yang lebih ketat, dan memastikan semua pimpinan di setiap tingkatan memberikan teladan yang baik.
“Jika sistem di level atas masih bermasalah, sekadar mengganti sumber rekrutmen tidak akan membawa perubahan signifikan,” ujar dia.
Dalam keterangan resminya, tidak ingin polisi hanya memahami tugas kepolisian saja. Dia berharap polisi mempunyai kematangan karakter untuk mampu mengayomi dan menjadi contoh masyarakat.
Ia yakin bahwa para santri bisa memenuhi keinginannya. “Karena dibekali iman yang kuat, sehingga pada saat menghadapi tantangan godaan semuanya bisa bertahan,” ucap Sigit melalui keterangan resminya, Rabu, 5 Februari 2025.
Pernyataan Sigit itu disampaikan bersamaan dengan pembukaan pendaftaran anggota Polri 2025 mulai 5 Februari hingga 6 Maret mendatang. Merujuk laman resmi penerimaan Polri, terdapat empat jalur seleksi dimulai dari Akademi Kepolisian, Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana, Bintara, dan Tamtama.