Pemerintah Masih Kaji Rencana Impor Minyak dari Rusia Usai RI Gabung BRICS
Indonesia tinjau peluang impor minyak bumi dari Rusia, berdampak dari konflik dengan Ukraina dan keanggotaan baru di BRICS, dengan penawaran harga yang lebih kompetitif.
Pemerintah tengah membahas peluang impor minyak bumi dari Rusia, menyusul keikutsertaan Indonesia dalam blok ekonomi . Penasihat Bidang Energi Presiden Prabowo Subianto, Purnomo Yusgiantoro, mengungkapkan bahwa pasokan energi Rusia yang sebelumnya banyak diserap oleh negara-negara Eropa kini dialihkan ke wilayah Asia Pasifik akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina.
“Mereka berpikir untuk memasukkan pasokan tersebut ke wilayah Asia Pasifik. Ini sedang kami bahas apakah akan ditangkap kesempatan ini,” ujar Purnomo dalam acara ‘Semangat Awal Tahun 2025’ yang disiarkan melalui YouTube IDN Times, Jumat (17/1).
BRICS, yang merupakan akronim dari , Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, yang kini mencakup lebih dari 40% populasi dunia dan melibatkan banyak negara emerging market di Timur Tengah.
Purnomo menyebut bahwa BRICS memiliki potensi keuntungan signifikan di bidang energi. “Jadi BRICS kami lihat punya potensi keuntungan yang cukup baik di bidang energi,” ujarnya.
Harga Minyak dari Rusia Relatif Lebih Murah
Peluang impor minyak dari Rusia pertama kali diungkapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia. Menurutnya, harga minyak Rusia relatif lebih murah akibat kesulitan negara tersebut menjual minyak di tengah perang dengan Ukraina.
“Ketika kita gabung dengan BRICS, kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?” kata Bahlil.
Ia juga menjelaskan bahwa selama ini Indonesia mengimpor minyak dari Timur Tengah, yang sebagian di antaranya kemungkinan besar berasal dari Rusia. Langkah ini, menurutnya, sejalan dengan asas politik bebas aktif yang dianut oleh Indonesia.
Bahlil menegaskan bahwa asas politik tersebut memungkinkan Indonesia untuk mengambil langkah yang menguntungkan negara, termasuk bergabung dengan BRICS maupun OECD.
Mempertimbangkan Untung-Rugi Impor Minyak dari Rusia
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan bahwa pemerintah masih mempertimbangkan untung-rugi dari opsi impor minyak dari Rusia.
“Sepanjang itu menguntungkan Republik Indonesia, bisa kita bicarakan. Kalau kita dapat lebih murah US$ 20 atau US$ 22, kenapa tidak?” kata Luhut dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/1).
Keputusan akhir terkait impor minyak ini akan bergantung pada evaluasi menyeluruh mengenai dampak ekonomi, geopolitik, dan kepatuhan terhadap aturan internasional.