Pesan Habib Ja’far dan Profesor Quraish Shihab dalam Memaknai Isra Mi'raj
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Habib Ja’far dan Profesor Quraish Shihab beri pesan di peringatan Isra Mi'raj bertajuk membumikan bahasa langit; bincang kemuliaan ibadah shalat yang digelar di masjid Istiqlal, Senin (27/1/2025). Di mana...
Menteri Agama Nasaruddin Umar (kedua kiri), Cendekiawan Quraish Shihab (kedua kanan), dan Pendakwah Habib Husen bin Jafar Alhadar (kanan) menjadi narasumer saat Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (27/1/2025). Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW 1446 H tersebut mengusung tema Membumikan Bahasa Langit: Membincang Kemuliaan Ibadah Sholat.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Habib Ja’far dan Profesor Quraish Shihab beri pesan di peringatan Isra Mi'raj bertajuk membumikan bahasa langit; bincang kemuliaan ibadah shalat yang digelar di masjid Istiqlal, Senin (27/1/2025). Di mana turut hadir juga menteri agama Nasaruddin Umar sekaligus imam besar masjid Istiqlal.
“Ini kita memperingati Israq Mi'rah dan Istiqlal Dan Alhamdulillah seperti yang teman-teman lihat tadi, gairah untuk memperingati hari Besar umat akhir akhir ini semakin besar semoga kesemarakan ini nanti akan berbanding lurus dengan kedalaman penghayatan agama kita Sehingga nanti dua-duanya akan berhasil,” kata Nasaruddin, Senin (27/1/2025).
Sementara itu, Profesor Quraish Shihab mengatakan banyak pesan yang bisa diambil dari salah satu peristiwa terbesar dalam Islam tersebut. Ia mencontohkan bagaimana dekatnya Saw dengan nabi-nabi sebelumnya.
“Banyak pesan yang bisa kita sampaikan. Tapi saya ingin mengambil satu peristiwa di Isra' Mi'raj itu Bagaimana akrabnya Nabi Muhammad dengan para Nabi-Nabi sebelumnya. Bagaimana akrabnya Nabi Musa dengan Nabi Muhammad Sampai-sampai dalam riwayat itu memberi saran dan lain-lain sebagainya,” katanya.
“Jadi Keakraban ini harus dapat diwujudkan di tengah-tengah masyarakat walaupun kita berbeda-beda dalam rincian agama Tapi semua kita bersatu dalam ketuhanan yang maha esa,” katanya menambahkan.
Di sisi lain, Habib Ja'far mengatakan isra’ mi’raj perlu dikontekstualisasikan agar terus sesuai dengan zaman. Pasalnya, ia mengatakan setiap zaman punya tantangannya tersendiri.
“Bahwa setiap orang ada zamannya dan setiap zaman ada orangnya. Dan agama itu lintas zaman dan lintas orang.Al-Quran itu selalu relevan Islam itu selalu relevan dari setiap zaman dan setiap tempat,” katanya.
Pihaknya juga sempat mencontohkan bagaimana Muhammadiyah dan NU yang terus berusaha menjawab tantangan dengan nilai-nilai Islam di setiap zamannya.
“Alhamdulillah kita di Indonesia yang mewakili setiap zaman itu adalah Muhammadiyah dengan Islam berkemajuannya yang mewakili setiap tempat adalah Nahdlatul Ulama dengan Islam Nusantaranya,” katanya.
“Maka ini adalah satu keindahan yang seharusnya ada orang-orang yang kemudian membawa nilai Islam ini ke setiap zamannya. Dan sekarang kita berada di zaman digital dengan tantangannya sendiri Zaman milenial dengan tantangannya sendiri Gen Z dengan tantangannya sendiri Maka kita harus mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan nilai-nilai Islam termasuk Islam dengan tantangan setiap zaman itu Tantangan digitalnya, tantangan anak mudanya, Gen Z-nya, milenialnya dan semuanya Agar kemudian semua orang merasakan Islam itu sebagai rahmat, cinta kasih bagi semua Itu kira-kira,” katanya.