Rektor Cyber University Bahas Ancaman Cyber Risk: Kalau tak Siaga, Bisa Terkapar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia bisnis modern makin mirip medan perang, tapi yang bikin ciut nyali bukan tentara bersenjata, melainkan ancaman yang datang dari balik layar, yaitu serangan siber. Begitu tegas Gunawan...

Rektor Cyber University Bahas Ancaman Cyber Risk: Kalau tak Siaga, Bisa Terkapar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia bisnis modern makin mirip medan perang, tapi yang bikin ciut nyali bukan tentara bersenjata, melainkan ancaman yang datang dari balik layar, yaitu serangan siber. Begitu tegas Gunawan Witjaksono selaku Rektor Cyber University, saat menyampaikan keynote speech bertajuk dalam acara "Cyber Risk: Tantangan Besar Dunia Bisnis" di acara Risk Management Workshop & Award VII 2025, yang berlangsung di Hotel Ambhara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (16/1/2025).

“Cyber risk ini ancaman nyata yang bisa bikin bisnis Anda ambruk sebelum sempat bilang 'Oops!',” ujar Gunawan dalam sambutannya.

Dari stabilitas keuangan hingga reputasi, ancaman siber mengintai setiap celah. Regulasi yang makin ketat hanya menambah tekanan. "Siapa yang nggak siap, siap-siap ketiban rugi besar,” tambahnya.

Bayangkan hacker dengan senjata canggih seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan otomatisasi. “Mereka bisa mengendus celah sekecil apapun,” jelas Gunawan.

Serangan siber kini mencakup pencurian data, ransomware yang menyandera informasi, hingga denial-of-service yang membuat layanan bisnis terkapar. “Kalau data perusahaan bocor, bukan cuma uang yang melayang, kepercayaan pelanggan juga bisa bablas,” ungkapnya.

Lebih parah lagi, Gunawan mengingatkan bahwa ancaman ini terus berkembang seiring digitalisasi yang semakin kompleks. “Era transformasi digital bukan hanya tentang peluang besar, tapi juga risiko yang harus diwaspadai”. Ia menyoroti bahwa perusahaan harus tanggap menghadapi tantangan di bidang privasi data, hak digital, hingga derasnya gelombang disinformasi.

Lantas, bagaimana cara bertahan di tengah badai cyber risk ini? Menurut Gunawan, kuncinya adalah kesadaran, kebijakan yang jelas, dan teknologi yang tepat. "Perusahaan harus rajin mengevaluasi celah keamanan, menerapkan kebijakan ketat, dan melatih karyawan agar nggak lengah menghadapi ancaman siber,” paparnya.

Gunawan menambahkan, teknologi seperti firewall, sistem deteksi intrusi (IDS), dan enkripsi data adalah senjata wajib di era digital. “Tapi ingat, teknologi hanyalah alat. Manusia tetap kunci utama dalam menjaga keamanan siber,” tambahnya.

Melalui paparannya, Gunawan juga mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk siap menghadapi perubahan cepat di industri keuangan digital. Cyber University, yang dikenal sebagai the First Fintech University in Indonesia, telah lebih dulu mengadopsi kurikulum yang berfokus pada keamanan siber, big data, dan blockchain. “Kami ingin mencetak talenta yang nggak cuma paham teknologi, tapi juga punya strategi,” tegasnya.