Susan Sameh anggap peran "orang ke-3" di "Pintu-Pintu Surga" menantang
Aktris Indonesia berdarah Mesir, Suzana "Susan" Sameh menganggap peran sebagai karakter "orang ...
![Susan Sameh anggap peran](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/10/1000283339.jpg)
Jakarta (ANTARA) - Aktris Indonesia berdarah Mesir, Suzana "Susan" Sameh menganggap peran sebagai karakter "orang ketiga" alias perempuan perebut lelaki orang (pelakor) di film "Pintu-Pintu Surga" (2025) sebagai peran yang menantang.
"Saya sangat menikmati peran yang menantang karena belum pernah mengalami itu sebelumnya, apalagi saat itu saya masih belum menikah. Jadi ini cukup sulit, namun saya menyukainya karena dapat mempelajari karakter baru dan mengekspresikan emosi yang kompleks. Peran menjadi Latifah tidaklah mudah," kata Susan di Jakarta, Senin.
Susan menganggap wajar saja peran Latifah itu menarik, karena memang menantang secara emosional. Kendati demikian, tuntutan profesionalitas mengharuskannya menampilkan kualitas akting yang mumpuni, meskipun secara emosional ia merasa marah kepada karakter "pelakor" tersebut sebagai seorang perempuan.
Baca juga:
Baca juga:
Film itu mengisahkan Latifah seorang ibu tunggal yang harus menghadapi kenyataan pahit membesarkan anaknya yang berkebutuhan khusus (ADHD) seorang diri setelah suaminya meninggal dunia.
Suatu hari, takdir mempertemukan Latifah dengan Arman (diperankan Arya Saloka), di mana keduanya pernah memiliki kisah cinta masa lalu. Sayang, ketika Latifah akan dipersunting oleh Arman ternyata pria itu pun telah beristri, seorang perempuan bernama Widya (diperankan Agla Artalidia).
Dengan alur cerita yang kompleks, film "Pintu-Pintu Surga" siap memberikan tontonan yang menguras air mata lewat premis dasar feminis yakni pembebasan setiap perempuan dari ketidakadilan sistemik, termasuk justifikasi terhadap perempuan.
Film yang diproduksi dengan budget sekitar Rp8 miliar sampai Rp10 miliar itu mulai ditayangkan untuk umum di bioskop-bioskop se-Indonesia mulai 13 Februari 2025.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025