Tangis Malaikat Maut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab At-Tadzkirah fi ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, karya Imam Al Qurthubi, disebutkan sebuah riwayat dari Imam Az Zuhri dan Wahab bin Munabbih tentang musabbab...

Tangis Malaikat Maut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab At-Tadzkirah fi ahwal al-Mauta wa Umur al-Akhirah, karya Imam Al Qurthubi, disebutkan sebuah riwayat dari Imam Az Zuhri dan Wahab bin Munabbih tentang musabbab Malaikat Izrail mendapat tugas sebagai pencabut nyawa atau malaikat maut.

Saat Allah SWT hendak menciptakan manusia, Dia memerintahkan Malaikat Jibril untuk mengambil tanah dari bumi, tetapi Malaikat Jibril tidak sanggup melakukannya. Lalu ia memohon perlindungan kepada Allah SWT karena tidak sanggup melaksanakan tugasnya. Allah SWT pun mengabulkan permohonannya.

Kemudian, Allah SWT memerintahkan Malaikat Mikail untuk mengambil tanah dari bumi. Namun, Malaikat Mikail pun tidak sanggup melakukannya. Lalu ia memohon perlindungan kepada Allah SWT karena tidak sanggup melaksanakan tugasnya, dan Allah SWT mengabulkan permohonannya.

Setelah itu, Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail untuk mengambil tanah dari bumi. Malaikat Izrail pun memohon perlindungan kepada Allah SWT karena tidak sanggup melakukannya. Akan tetapi Allah tidak mengizinkannya, maka Malaikat Izrail pun mengambil sebagian tanah dari bumi.

Allah SWT berfirman kepadanya, "Apakah engkau meminta perlindungan kepada-Ku dari tugas itu?” Malaikat Izrail menjawab, “Benar ya Allah!”

Allah SWT berfirman lagi kepadanya, “Mengapa engkau tidak kasihan terhadap tanah yang kamu ambil dari bumi sebagaimana sahabatmu Jibril dan Mikail?” Malaikat Izrail menjawab, “Ya Allah ketaatan kepada-Mu lebih wajib aku turuti daripada kasih sayangku kepada tanah di bumi.”

Allah SWT kemudian berfirman, “Pergilah engkau, dan mulai saat ini kamu menjadi malaikat maut, Aku memberimu wewenang untuk mencabut nyawa semua makhluk.”

Malaikat Izrail pun menangis, dan Allah SWT bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Malaikat Izrail menjawab, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau menciptakan para nabi, para rasul, dan orang-orang pilihan dari tanah ini. Sementara Engkau tidak menciptakan di alam semesta ini yang lebih mereka benci kecuali kematian, jika mereka tahu bahwa aku yang mencabut nyawa mereka, niscaya mereka akan marah dan membenciku.”

Allah SWT lalu berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menjadikan penyakit dan beberapa sebab lainnya sebagai penyebab dari kematian, di mana kematian akan dinisbatkan kepadanya, sehingga mereka tidak menyebutmu sebagai penyebab kematian.”

Setelah itu, Allah SWT menciptakan berbagai penyakit dan beberapa sebab lainnya sebagai penyebab kematian.

Dari kisah ini ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik.

Pertama, Allah SWT memberikan kebebasan kepada hamba-Nya dalam menolak atau melaksanakan perintah-Nya, dengan alasan yang dikabulkan oleh Allah SWT.

Kedua, keistimewaan para nabi, manusia pilihan, para rasul, dan orang-orang baik lainnya. Hal ini membuat para malaikat enggan melakukan tugas yang dianggap tidak disukai oleh manusia-manusia pilihan itu.

Ketiga, kisah ini juga memberikan pelajaran bagi kita bahwa mengambil tanah di bumi atau mengeklaim tanah yang bukan haknya merupakan perkara berat di sisi Allah SWT.

Rasulullah SAW sampai bersabda, “Barangsiapa yang mengambil hak orang lain, meski hanya sejengkal tanah, maka akan dikalungkan ke lehernya pada hari kiamat nanti seberat tujuh lapis bumi” (HR Bukhari dan Muslim).

 

sumber : Hikmah Republika oleh Abdul Syukkur