Trump Tutup Aplikasi Imigrasi, Presiden Meksiko Bereaksi
Donald Trump tutup aplikasi imigrasi yang digunakan migran, dapat reaksi tegas dari Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, yang menentang kebijakan itu.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk menutup aplikasi imigrasi yang digunakan oleh para migran.
Keputusan ini mendapatkan reaksi tegas dari Presiden , , yang menyatakan penentangannya terhadap kebijakan tersebut.
Pada Senin (20/1/2025), air mata dan kekecewaan para migran terhadap Trump yang baru saja dilantik tak bisa lagi dibendung.
Aplikasi imigrasi yang menjadi pijakan para migran telah dihentikan.
Banyak migran menggunakan aplikasi yang dikenal sebagai itu untuk mengajukan permohohan suaka secara legal agar bisa masuk ke Amerika Serikat.
Dikutip dari NBC, aplikasi , yang diciptakan pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden.
Awalnya aplikasi dirancang untuk membantu mengurangi angka migrasi ilegal.
Pemerintahan Biden memandang aplikasi tersebut sebagai langkah positif dalam mengelola proses suaka yang kacau, yang seringkali ditandai dengan melonjaknya jumlah migran yang melintasi perbatasan secara ilegal.
Lewat aplikasi ini, para migran bisa membuat janji temu resmi dengan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) untuk memproses permohonan suaka mereka secara lebih terorganisir.
Menyusul perintah Trump, pada Senin (20/1/2025) sore, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) mengumumkan bahwa aplikasi tersebut tidak lagi berfungsi untuk tujuan permohonan suaka dan semua janji temu yang telah dijadwalkan dibatalkan.
Pengumuman pembatalan tersebut disampaikan melalui pemberitahuan pop-up dalam berbagai bahasa kepada para pengguna aplikasi CBP One.
Baca juga:
Presiden Trump sebelumnya telah menyatakan niatnya untuk menghentikan penggunaan aplikasi bagi para migran.
Trump dan banyak pihak lainnya mengkritik aplikasi tersebut, terutama terkait masalah teknis dan lamanya waktu tunggu untuk pemeriksaan awal yang menentukan apakah seseorang memenuhi syarat untuk mengajukan suaka.
Beberapa orang juga menilai bahwa aplikasi tersebut memungkinkan terlalu banyak orang untuk masuk ke Amerika Serikat.