Donald Trump Tutup USAID, Berikut Profil USAID dan Kegiatan Sosialnya

Donald Trump secara resmi menutup USAID. Berikut profil lembaga tersebut dan kegiatan sosial yang pernah dilakukannya.

Donald Trump Tutup USAID, Berikut  Profil USAID dan Kegiatan Sosialnya

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat secara resmi memerintahkan penutupan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Semua stafnya diperintahkan untuk kembali ke Amerika Serikat paling lambat Jumat, 7 Februari 2025. Kebijakan ini diumumkan melalui situs resmi USAID dan dikonfirmasi oleh sumber yang dilansir dari CBS News.

Dalam pernyataannya, menyebutkan bahwa hampir semua stafnya akan diliburkan pada Jumat malam, kecuali mereka yang memegang posisi penting. Departemen Luar Negeri AS telah diberi mandat untuk memfasilitasi perjalanan pulang seluruh personel USAID dalam waktu 30 hari sejak pengumuman. Jika Departemen Luar Negeri tidak melaksanakan tugas ini, staf USAID akan dievakuasi oleh militer AS.

Profil dan Peran USAID
USAID merupakan badan bantuan kemanusiaan AS yang telah beroperasi sejak tahun 1961. Lembaga ini memiliki lebih dari 10.000 karyawan, dengan dua pertiga di antaranya bertugas di luar negeri. USAID menjalankan berbagai program bantuan di lebih dari 100 negara, termasuk bantuan bencana, program kesehatan, dan ketahanan pangan.

Menurut laporan Congressional Research Service, pada tahun fiskal 2023, USAID mengelola anggaran lebih dari 40 miliar dolar AS. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk program tata kelola, bantuan kemanusiaan, serta layanan kesehatan di negara-negara seperti Ukraina, Ethiopia, dan Yordania.

Alasan dan Dampak Penutupan
Keputusan untuk menutup USAID didasarkan pada kebijakan pemerintahan Trump yang menargetkan efisiensi pemerintah. Trump dan sekutunya, termasuk Elon Musk yang kini menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), menilai bahwa USAID telah menyalahgunakan pendanaan. Trump menyebut bahwa dana bantuan telah disalurkan kepada kelompok yang tidak seharusnya menerimanya.

Elon Musk, dalam pernyataannya, menyebut USAID sebagai "organisasi kriminal" dan menegaskan bahwa lembaga ini tidak dapat diperbaiki lagi. Sebelumnya, Trump juga mengeluarkan perintah eksekutif yang menghentikan semua bentuk bantuan luar negeri selama 90 hari, kecuali untuk bantuan kemanusiaan darurat.

Keputusan ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Mantan Direktur USAID Global Health, Atul Gawande, mengingatkan bahwa kebijakan ini dapat berdampak pada jutaan penerima manfaat, termasuk pasien HIV yang bergantung pada program kesehatan USAID.

Dampak di Indonesia
USAID merupakan salah satu donor utama bagi beberapa lembaga di Indonesia. Pada tahun 2024, USAID tercatat memberikan bantuan senilai 153,52 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,5 triliun. Dana ini digunakan untuk program kesehatan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan, termasuk penanggulangan TBC dan AIDS.

Beberapa mitra USAID di Indonesia antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), The Asia Foundation, dan organisasi Kemitraan. Penutupan USAID dapat mengganggu jalannya program-program ini dan berpotensi menghentikan proyek yang sedang berjalan.

Pemerintahan Trump juga sedang mempertimbangkan untuk menggabungkan USAID ke dalam Departemen Luar Negeri sebagai bagian dari kebijakan . Langkah ini dianggap sebagai perombakan besar-besaran yang akan mengurangi jumlah tenaga kerja dan menyesuaikan pengeluaran dengan kepentingan dalam negeri AS.

USAID selama ini berperan sebagai alat diplomasi lunak AS. Dengan penutupan badan ini, banyak pihak khawatir bahwa bantuan kemanusiaan dan pembangunan global akan semakin dipolitisasi, sehingga menghambat akses bantuan ke negara-negara yang membutuhkannya.

Dewi Rina Cahyani, Faisal Javier, dan Ida Rosdalina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.