Kebijakan Baru

REPUBLIKA.CO.ID, Amerika Serikat mulai 20 Januari 2025 secara resmi memiliki presiden dan wakil presiden baru, Donald Trump dan JD Vance. Trump dilantik menjadi presiden ke-47 Amerika Serikat dan menjadi...

Kebijakan Baru

Oleh : Prof Ema Utami (Wakil Direktur Program Pascasarjana Universitas Amikom Yogyakarta)

REPUBLIKA.CO.ID, Amerika Serikat mulai 20 Januari 2025 secara resmi memiliki presiden dan wakil presiden baru, Donald Trump dan JD Vance. Trump dilantik menjadi presiden ke-47 Amerika Serikat dan menjadi jabatan kedua yang diembannya setelah sebelumnya menjadi presiden ke-45 di tahun 2017-2021.

Sebagai sosok yang dikenal kontroversial, Trump di hari pertama menjadi presiden langsung menggebrak dengan berbagai keputusan yang menjadi daya tarik berita. Pengutamaan kepentingan dalam negeri dengan slogan "America First" kembali menjadi jargon utama dalam pemerintah Trump yang kedua ini. Slogan berpendekatan nasionalisme tersebut tampak jelas tercermin dengan meluncurnya berbagai kebijakan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang disampaikan di awal pemerintahannya.

Usulan penghapusan hak warga negara berdasarkan kelahiran dan kebijakan pengakuan hanya dua jenis kelamin merupakan dua contoh kebijakan awal yang segera memantik reaksi di dalam negeri Amerika Serikat.

Pada pidato pelantikannya, Trump menyampaikan niat untuk “merebut kembali” Terusan Panama, penandatanganan penetapan kartel narkoba menjadi organisasi teroris, dan penarikan diri dari organisasi kesehatan dunia menjadi contoh kebijakan luar negeri yang juga segera memicu banyak reaksi di level internasional. Gebrakan Trump tersebut tentu saja dapat dilihat sebagai upaya realisasi janji-janji yang disampaikan pada saat kampanye.

Kecondongan pada pendekatan nasionalisme ala Trump dipastikan dapat memengaruhi banyak bidang dan negara, termasuk Indonesia. Salah satu kebijakan baru yang menarik dan berkaitan dengan bidang Informatika adalah pembentukan Department of Government Efficiency (DOGE).

Komandan dari lembaga yang di bawah langsung presiden Trump ini adalah Elon Musk. Elon Musk yang dikenal sebagai pengusaha dan inovator ini dikenal sangat dekat dan pendukung kuat Trump. Salah satu tujuan dari pendirian lembaga baru ini seperti namanya adalah melakukan efisiensi pemerintahan. Penggunaan teknologi, khususnya kecerdasaan artifisial dan blockchain menjadi tulang punggung utama dari departemen ini.

Dua teknologi yang digunakan tersebut sangat erat dengan Yogyakarta, khususnya di program studi Informatika jenjang Magister dan Doktoral memiliki peminatan yang berkaitan erat dengan kecerdasan artifisial dan blockchain.

Penguasaan teknologi untuk terus dapat memberikan optimalisasi pada suatu pekerjaan merupakan salah satu tujuan yang diharapkan dapat dilakukan. Hal ini seperti yang saya sampaikan hari Selasa (21/1/2025) lalu pada kegiatan monitor dan evaluasi studi lanjut S3. Monev studi lanjut S3 diikuti sebanyak 39 dosen Universitas yang sedang studi S3. Demikian juga saat melakukan penyamaan persepsi antara Tim Promotor Disertasi dan mahasiswa S3 angkatan ke-3 di hari Senin (20/1/2025) dan Selasa (21/1/2025) lalu.

Besar harapan bahwa hasil penelitian Disertasi mereka nantinya juga dapat menggunakan teknologi untuk memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas. Penggunaan teknologi sebagai bagian dari sebuah kebijakan merupakan hal yang berulang akan terus terjadi.

Dari pidato pelantikan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump, tampaknya dapat membawa banyak dampak, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Demikian pula munculnya dukungan atau resistensi terhadap suatu kebijakan baru dipastikan dapat terjadi.

Adanya individu atau kelompok yang diuntungkan atau dirugikan atas kemunculan suatu kebijakan baru merupakan hal yang lumrah terjadi. Masing-masing memiliki argumen dalam menyetujui atau menolak kebijakan tersebut. Rasionalitas dari argumen yang digunakan tentu kemudian bisa dibandingkan dan diuji secara objektif, mana yang didasarkan kepentingan pribadi atau masyarakat luas. Tentu hal ini semua akan dikembalikan ke masing-masing individu, baik yang terlibat dalam membuat kebijakan atau sebagai pengguna kebijakan.

Semoga kita semua dapat menjadi individu-individu yang mampu menebar kebajikan dengan segala peran yang disandang. Ayat ke-4 dari Surat Al Munafiqun, sreemoga bisa menjadi pelajaran untuk jujur dan obyektif dalam bertindak, "Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena kefasihannya). Mereka bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?" Wallahu a’lam.