Kisah Startup Plana Menyulap Sampah Plastik dan Gabah Jadi Kayu

Startup yang didirikan oleh Joshua C. Chandra ini menggunakan campuran gabah padi, limbah plastik, dan zat aditif untuk menghasilkan Plana Wood.

Kisah Startup Plana Menyulap Sampah Plastik dan Gabah Jadi Kayu

Setelah lima tahun melakukan riset dan pengembangan, startup Plana berhasil menyulap sampah plastik dan gabah padi menjadi potongan kayu yang digunakan untuk bahan bangunan. Co-founder dan Chief of Sustainability Plana, Joshua C. Chandra, mengatakan pada awalnya bisnis ini muncul dari keprihatinannya terhadap tumpukan .

“Yang benar-benar jadi concern itu memang awalnya bukan dari gabah, tapi dari sampah plastik,” kata Joshua pada wartawan di Tangerang, Rabu (5/2).

Joshua menuturkan, ia memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait plastik karena keluarganya berkecimpung di bidang itu. Ia menjadi paham bagaimana karakteristik plastik, tergantung pada kegunaannya.

“Kami tahu, plastik seperti yang dipakai untuk AC, otomotif, itu enggak jadi sampah sekali pakai atau single-use seperti sekarang,” katanya.

Berbekal keprihatinan itu, Joshua memulai pengembangan produknya pada 2017. Ia mencari bahan serta formulasi yang tepat untuk mengolah sampah plastik ini sehingga berhasil menciptakan Plana Wood. Produk potongan kayu ini terdiri atas 60% gabah padi, 30% limbah plastik, dan 10% zat aditif atau tambahan.

“Kami baru berhasil (menciptakan Plana Wood) mungkin tahun 2020 akhir. Jadi, awal 2021 kami baru membuat perseroan terbatas (PT), di masa pandemi,” katanya. Nama Plana sebenarnya berasal dari singkatan: Plastic for Nature. 

Perusahaan baru benar-benar beroperasi pada 2022, namun masih sulit mendapatkan kepercayaan pelanggan. Pada waktu itu, para pelanggan mempersepsikan produk berkelanjutan atau sustainable memiliki harga yang lebih mahal dan kualitasnya kurang baik.

“Sampai akhirnya kami mendapat penghargaan dan pengakuan dari company besar, itu baru mereka mulai percaya sampai sekarang,” ujarnya. Joshua mengungkapkan pendapatan Plana pada tahun 2022 baru sekitar Rp 2 miliar.  

Seorang pekerja memasukkan gabah ke dalam mesin untuk produksi Plana Wood, di Tangerang, Rabu (5/2). (Katadata/Amelia Yesidora)

 

Raih Hibah dari DBS Foundation

Perusahaan lalu berhasil memenangkan DBS Foundation Business for Impact Award 2023. Mereka berhasil mendapat hibah yang kemudian digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi di tahun pertama.

Plana juga hadir di konferensi iklim global COP29 di Baku, Azerbaijan, pada 2024 lalu. Produk Plana Wood dipakai untuk membangun panggung utama (main stage) Pavillion Indonesia seluas 400 meter persegi.

Kini, Plana berhasil menggenjot kapasitas produksi Plana Wood sebanyak 3.000 m2 per bulan. Namun, angka produksi rata-rata Plana sebesar 2.000 m2. Mereka mencatat total penjualan tahunan sebesar Rp 6 miliar pada 2024 dan menargetkan penjualan Rp 8 miliar pada 2025.

“Target utama tahun ini ekspansi ke Korea dan Singapura, karena sudah dapat klien potensialnya. Sekarang bottleneck di sertifikasi dan paten,” ujarnya.

Di dalam negeri, Plana juga menargetkan bisa masuk ke Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah alias LKPP atau e-catalog pemerintah tahun ini. Saat ini, mereka sudah mengantongi standar kualitas produk alias ISO dan tengah menghitung Tingkat Komponen Dalam Negeri alias TKDN.