WWF Gandeng 100 Perusahaan Jaga Ekosistem Laut dan Dukung Ekonomi Biru
Signing Blue telah dimulai sejak sepuluh tahun yang lalu, karena wisata bahari menjadi peluang ekonomi biru yang cukup signifikan bagi pengelolaan sumber daya alam.
Yayasan WWF Indonesia menggandeng 100 perusahaan yang bergerak di bidang wisata bahari untuk mendukung kelestarian sumber daya pesisir dan laut, serta meningkatkan ekonomi biru di Indonesia. Ajakan tersebut dilakukan melalui inisiatif Signing Blue dengan mengundang para pelaku wisata bahari pada diskusi yang bertajuk “Advancing Responsible Marine Tourism Practices” di Bali Dynasty Resort.
Direktur Program Kelautan & Perikanan, WWF Indonesia, Imam Musthofa, mengatakan pertemuan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana peran pelaku wisata, khususnya wisata bahari untuk mendukung kelestarian sumber daya pesisir dan laut, serta meningkatkan ekonomi biru di Indonesia.
Signing Blue telah dimulai sejak sepuluh tahun yang lalu, karena wisata bahari menjadi peluang ekonomi biru yang cukup signifikan bagi pengelolaan sumber daya alam.
"Di sisi lain, aktivitas wisata punya ecological footprint atau dampak ke lingkungan, sehingga Signing Blue hadir sebagai wadah untuk mendampingi pelaku wisata untuk satu langkah lebih depan memulai praktik wisata bahari yang bertanggung jawab,” ujar Imam dalam keterangan tertulis, Selasa (4/2).
Imam mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir Signing Blue telah bermitra dengan lebih dari 100 perusahaan yang bekerja di sektor wisata bahari dari mulai akomodasi, dive operator, hingga kapal rekreasi dari berbagai lokasi di Indonesia.
Melalui sistem pendampingan dari Signing Blue, anggota berhasil meningkatkan 24% praktik wisata bahari bertanggung jawab, dari berbagai aspek penting yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan efektivitas manajemen.
"Salah satu program utama yang mendukung hal ini adalah Marine Tourism Improvement Program (MTIP), di mana WWF-Indonesia mendampingi proses pendekatan teknis untuk membantu anggota dalam meningkatkan kualitas wisata bahari mereka, dengan penekanan pada keberlanjutan dan pengelolaan yang efektif," ujarnya.
Salah satu standar yang menjadi acuan Signing Blue adalah Global Sustainable Tourism Council (GSTC). GSTC merupakan organisasi yang menetapkan dan mengelola standar global untuk pariwisata berkelanjutan.
Sertifikasi GSTC untuk Hotel
Herdi Andrariladchi, Assurance Strategy Manager, Lead Assessor, Global Sustainable Tourism Council (GSTC), mengatakan saat ini baru terdapat dua hotel di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi GSTC.
Herdi mengatakan, sebenarnya saat ini sudah cukup banyak hotel di Indonesia yang menerapkan praktik berkelanjutan. Namun, tidak ada bukti-bukti kegiatan yang telah dilakukan menjadi tantangan sehingga pada akhirnya proses sertifikasi menjadi terlihat sulit.
"Padahal, kalau teman-teman membaca kriteria dan indikator serta turunan ceklisnya dengan seksama sebenarnya mudah. Jadi, saya ingin sampaikan mari kita pelajari bersama, agar sektor pariwisata di Indonesia banyak yang tersertifikasi dan terpercaya dalam implementasi praktik sustainability-nya,” ujar Herdi.
Di sisi lain, Guru Besar Universitas Udayana, Agung Suryawan Wiranatha mengatakan Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC) akan berorientasi pada transformasi pengukuran pariwisata yang holistik.
"Harapan ke depannya, ISTC dapat menilai sejauh mana pariwisata berkelanjutan di Indonesia telah diimplementasikan," ujarnya.
Sebagaimana dikatahui, dalam waktu dekat Signing Blue akan menjangkau lebih banyak pelaku wisata bahari di Indonesia. Program Signing Blue diharapkan mewujudkan tata kelola dan praktik terbaik wisata bahari yang mendukung kelestarian ekosistem di pesisir dan laut Indonesia, serta mendukung peningkatan ekonomi biru.