Netanyahu akan Akhiri Gencatan Senjata jika Hamas Tak Bebaskan Sandera Israel pada Hari Sabtu

Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan akan mengakhiri perjanjian gencatan senjata dengan Hamas jika sandera Israel tak dibebaskan Sabtu depan.

Netanyahu akan Akhiri Gencatan Senjata jika Hamas Tak Bebaskan Sandera Israel pada Hari Sabtu

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri , mengancam akan mengakhiri perjanjian dengan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur jika mereka tidak membebaskan sandera pada hari Sabtu (15/2/2025).

Ia mengancam akan memerintah Pasukan Pertahanan (IDF) untuk kembali menyerang Jalur jika sandera tidak dibebaskan minggu ini.

"Mengingat pengumuman tentang keputusannya untuk melanggar perjanjian dan tidak membebaskan sandera kami, tadi malam saya memerintahkan IDF untuk mengumpulkan pasukan di dalam dan sekitar Jalur ," kata Netanyahu, berbicara setelah pertemuan kabinet keamanannya, Selasa (11/2/2025).

"Operasi ini sedang dilaksanakan saat ini. Operasi ini akan selesai dalam waktu dekat," lanjutnya.

Sebelumnya, Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam, sayap militer , mengatakan mereka akan menunda pembebasan sandera pada Sabtu mendatang sebagai bentuk protes karena terus menerus melanggar perjanjian di Jalur .

"Selama tiga minggu terakhir, pimpinan perlawanan telah memantau pelanggaran dan kegagalan musuh dalam mematuhi ketentuan perjanjian. Mulai dari menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur utara, hingga menargetkan mereka dengan penembakan dan tembakan," kata Abu Ubaida dalam pernyataannya di Telegram, Senin (10/2/2025).

Abu Ubaida menyebutkan sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh di antaranya:

  1. Menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur utara.
  2. Menargetkan warga Palestina dengan pengeboman dan penembakan, dan membunuh banyak dari mereka di berbagai wilayah Jalur .
  3. Menghambat masuknya kebutuhan tempat berlindung seperti tenda, rumah prefabrikasi, bahan bakar, dan mesin pembersih puing untuk mengambil jenazah.
  4. Menunda masuknya obat-obatan dan keperluan yang dibutuhkan rumah sakit untuk merenovasi rumah sakit dan sektor kesehatan.

Sementara itu sekutu , Presiden Amerikat Serikat (AS) , menanggapi pengumuman dengan memberikan ancaman akan membuka "gerbang neraka" di Jalur .

"Gerbang neraka akan terbuka jika para sandera tidak dipulangkan dari . Jika semua sandera tidak dipulangkan sebelum pukul 12 siang pada hari Sabtu, saya akan meminta dibatalkan," kata , seperti diberitakan Reuters, Senin (10/2/2025).

Namun belum jelas apakah yang ia maksud adalah pemulangan para sandera Israel yang akan dibebaskan pada hari Sabtu, atau semua orang yang masih ditawan di Jalur Gaza.

Baca juga:

Mendukung pernyataan , Netanyahu mengancam akan membatalkan perjanjian dengan .

"Jika tidak mengembalikan sandera kami paling lambat Sabtu siang, akan berakhir dan IDF akan kembali bertempur secara sengit hingga akhirnya dikalahkan," kata Netanyahu, Selasa.

Israel juga membantah menahan pasokan bantuan dan mengatakan telah menembaki orang-orang yang mengabaikan peringatan untuk tidak mendekati posisi pasukan di Jalur .

Menanggapi pernyataan Netanyahu dan Trump, seorang pejabat mengatakan sandera dapat dibawa pulang hanya jika dihormati.

"Trump harus ingat bahwa ada kesepakatan yang harus dihormati oleh kedua belah pihak, dan ini adalah satu-satunya cara untuk membawa kembali para tahanan (Israel). Bahasa ancaman tidak memiliki nilai dan hanya memperumit masalah," kata pejabat senior , Sami Abu Zuhri, kepada Reuters pada Selasa.

Sebelumnya, dan telah melakukan lima gelombang pertukaran tahanan sejak dimulai implementasi perjanjian pada 19 Januari lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait