Penyeberangan Rafah Dibuka: 50 Anak Palestina Berobat ke Mesir
50 anak Palestina yang terluka menyeberang ke Mesir untuk perawatan medis setelah Israel membuka kembali penyeberangan Rafah di Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Penyeberangan di Gaza kembali dibuka setelah ditutup selama hampir sembilan bulan akibat konflik dengan Israel.
Pada Sabtu, 1 Februari 2025, sebanyak 50 anak yang sakit dan terluka mulai menyeberang ke untuk mendapatkan perawatan medis.
Pembukaan kembali penyeberangan merupakan langkah signifikan yang mendukung kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Israel setuju untuk membuka penyeberangan setelah Hamas membebaskan sandera perempuan terakhir yang masih hidup di Gaza.
Televisi menunjukkan ambulans Palang Merah yang menunggu di gerbang penyeberangan.
Beberapa anak dibawa keluar menggunakan tandu dan langsung dipindahkan ke ambulans yang siap membawa mereka ke rumah sakit di kota El-Arish dan lokasi lainnya di .
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 60 anggota keluarga mendampingi anak-anak tersebut.
Mereka adalah korban pertama yang dievakuasi melalui penyeberangan untuk mendapatkan perawatan di luar negeri.
Kebutuhan Perawatan Medis
Mohammed Zaqout, direktur rumah sakit di Kementerian Kesehatan Gaza, mengungkapkan bahwa lebih dari 6.000 pasien siap untuk dievakuasi ke luar negeri, sementara lebih dari 12.000 pasien sangat membutuhkan perawatan.
Ia menekankan bahwa jumlah anak yang dievakuasi saat ini masih sangat kecil dan tidak mencukupi kebutuhan.
"Kami berharap jumlahnya akan bertambah," ungkap Zaqout.
Warga Unjuk Rasa di Perbatasan
Di sisi lain, ribuan warga menggelar demonstrasi di perlintasan perbatasan pada Jumat, 31 Januari 2025.
Para pengunjuk rasa meneriakkan "Hidup " dan melambaikan bendera dan .
Presiden , Abdel Fattah El-Sisi, pada Rabu, 29 Januari 2025, menolak gagasan bahwa akan memfasilitasi pemindahan warga Gaza, menegaskan bahwa warga akan turun ke jalan untuk menyatakan ketidaksetujuan mereka.
Dengan pembukaan penyeberangan , harapan untuk perawatan medis bagi anak-anak yang terluka semakin meningkat, meskipun tantangan dan kebutuhan masih sangat besar.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).