Presiden Mesir undang Trump ke Kairo untuk bahas krisis Timur Tengah

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi saat menerima panggilan telepon Presiden AS Donald Trump, mengundang pemimpin AS ...

Presiden Mesir undang Trump ke Kairo untuk bahas krisis Timur Tengah

Istanbul (ANTARA) - Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi saat menerima panggilan telepon Presiden AS Donald Trump, mengundang pemimpin AS tersebut untuk mengunjungi Mesir guna membahas krisis yang sedang berlangsung di Timur Tengah, demikian pernyataan dari kantornya pada Sabtu (1/2).

"Presiden Sisi sekali lagi mengucapkan selamat kepada Trump atas terpilihnya kembali sebagai Presiden AS untuk periode kedua, mencerminkan kepercayaan besar yang ia peroleh dari rakyat Amerika serta pengakuan atas kemampuannya," kata juru bicara kepresidenan Mesir, Mohamed El-Shennawy, dalam sebuah pernyataan.

Sisi menyampaikan undangan kepada Trump untuk berkunjung ke Mesir guna memperkuat "hubungan strategis" antara kedua negara dan membahas "isu serta krisis kompleks" di Timur Tengah, yang dapat berkontribusi terhadap stabilitas kawasan.

Selain itu, Trump juga diundang untuk menghadiri peresmian museum baru Mesir, menurut pernyataan tersebut.Tanggal resmi pembukaan Grand Egyptian Museum belum diumumkan.

Namun, media lokal, termasuk surat kabar swasta Al-Masry Al-Youm, melaporkan bahwa peresmian diperkirakan berlangsung pada 3 Juli dengan serangkaian acara perayaan selama beberapa hari.

Di pihaknya, Trump juga menyampaikan undangan terbuka kepada Sisi untuk mengunjungi Washington dan bertemu dengannya di Gedung Putih, menurut juru bicara kepresidenan Mesir.

Percakapan keduanya mencakup berbagai isu bilateral, regional, dan internasional, dengan penekanan pada "hubungan strategis yang mengikat kedua negara serta perlunya memperkuat hubungan ekonomi dan investasi, termasuk kerja sama dalam bidang keamanan air."

Panggilan itu juga menegaskan kembali komitmen kedua pemimpin untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

Terdapat "dialog positif" mengenai pentingnya melanjutkan implementasi tahap pertama dan kedua dari perjanjian gencatan senjata Gaza yang disepakati pada 19 Januari, serta upaya "stabilisasi" gencatan senjata di wilayah tersebut.

Dalam konteks ini, Sisi kembali menegaskan pentingnya mewujudkan "perdamaian abadi" di kawasan, dengan menekankan bahwa komunitas internasional bergantung pada kemampuan Trump untuk "mengamankan perjanjian damai bersejarah dan berkelanjutan yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan di kawasan tersebut."

Kedua pemimpin sepakat mengenai "pentingnya terus menjalin komunikasi, koordinasi, dan kerja sama antara kedua negara dalam isu-isu yang menjadi kepentingan bersama."

Percakapan ini terjadi di tengah pernyataan berulang dari Trump yang menyarankan agar Gaza "dibersihkan" dan penduduk Palestina dipindahkan ke Mesir dan Yordania, dengan menyebut wilayah tersebut sebagai "lokasi yang hancur."

Namun, baik Mesir maupun Yordania dengan tegas menolak gagasan pemindahan atau pengusiran warga Palestina dari tanah mereka.

Sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina di Gaza, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan Israel yang terus-menerus telah menyebabkan kehancuran besar di wilayah tersebut.

Pada Kamis, Trump bersikeras bahwa Yordania dan Mesir akan mendukung usulannya untuk merelokasi warga Gaza. "Mereka akan melakukannya... Kami telah banyak membantu mereka, dan mereka akan melakukannya," katanya.

Sumber: Anadolu

Baca juga:

Baca juga:

Penerjemah: Primayanti
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025