Wamenkominfo Sebut AI Ciptakan 170 Juta Peluang Kerja
Wamenkomdigi Nezar Patria menyatakan perkembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI) akan menciptakan peluang munculnya 170 juta pekerjaan baru secara global pada 2025-2030.
Wamenkomdigi Nezar Patria menyatakan perkembangan teknologi kecerdasan artifisial (AI) akan menciptakan peluang munculnya 170 juta pekerjaan baru secara global pada 2025-2030. Namun, Indonesia menghadapi tantangan defisit talenta digital.
Adapun data ini berasal dari Laporan Future of Jobs 2025, pada tahun 2030 akan ada 170 juta pekerjaan baru dan 92 juta pekerjaan lama yang hilang akibat perkembangan teknologi.
"Akan ada 170 juta pekerjaan baru secara global yang tentu memerlukan adanya penyesuaian dan peningkatan kompetensi yang signifikan," kata Nezar dalam acara Wisuda Program Pascasarjana Periode II Tahun Akademik 2024/2025 Universitas Gadjah Mada di Grha Sabha Pramana, Yogyakarta, Kamis (23/1), dikutip dari siaran pers.
Nezar menekankan bahwa transformasi digital membuka peluang besar bagi para tenaga kerja yang memiliki keahlian di bidang teknologi, termasuk penguasaan AI, big data, dan inovasi digital lainnya.
Bukan hanya keterampilan dalam penguasaan teknis tersebut, ia juga mengingatkan bahwa keterampilan humanis, seperti kreativitas, kepemimpinan, fleksibilitas, dan ketahanan dalam menghadapi perubahan diperlukan dalam menghadapi era digital yang akan datang.
Kendati demikian, Indonesia menghadapi tantangan besar terkait defisit talenta digital, ungkapnya. Berdasarkan data Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Komunikasi dan Digital, pada tahun 2030, Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital, sementara saat ini hanya mampu memasok sekitar 6 juta talenta.
“Kita harus mempersempit kesenjangan keterampilan digital dan memastikan teknologi digunakan untuk kebaikan bersama,” kata Nezar dalam seminar pendidikan di Universitas Prasetiya Mulya, Tangerang, sehari sebelumnya, pada Selasa (22/1).
Nezar menekankan pentingnya peran lulusan Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) dalam menutup kesenjangan talenta digital di Indonesia.
Menurutnya, inovasi STEM harus diarahkan tidak hanya untuk penguasaan teknologi, tetapi juga menciptakan solusi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Inovasi STEM adalah kunci. Namun, pendidikan tinggi yang terjangkau juga penting agar kesenjangan ini bisa kita atasi,” katanya.
Nezar memaparkan empat jenis pekerjaan yang diproyeksikan akan mendominasi pasar kerja global pada tahun 2030. Pekerjaan ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan pesat dalam lima tahun ke depan, yaitu spesialis big data, insinyur fintech, spesialis kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, serta pengembang perangkat lunak dan aplikasi.
Wamenkomdigi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor industri untuk menutup defisit talenta digital. Langkah yang perlu dilakukan mencakup pengembangan kurikulum literasi digital, investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D), serta penguatan pendidikan tinggi agar relevan dengan kebutuhan pasar kerja digital.
“Dibutuhkan kebijakan yang kondusif dari pemerintah, keterlibatan masyarakat dalam mengadvokasi keterampilan digital, dan dukungan universitas dalam membangun ekosistem talenta digital,” tegasnya.