Antisipasi Ancaman Terorisme Kimia di Indonesia, Pemerintah bersama UNODC Lakukan Uji Simulasi
Guna mengantisipasi terjadinya ancaman terorisme kimia di Indonesia, Pemerintah Indonesia, UNODC, dan BNPT melakukan uji simulasi ancaman terorisme.
![Antisipasi Ancaman Terorisme Kimia di Indonesia, Pemerintah bersama UNODC Lakukan Uji Simulasi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/Uji-simulasi-ancaman-terorisme-kimia-UNODC.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Ancaman akan terorisme dengan menggunakan senjata kimia ini masih terus menghantui, tak terkecuali di Indonesia. Tentunya, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengajak masyarakatnya dari berbagai kalangan untuk mewaspadai adanya ancaman terorisme kimia tersebut.
Sebelumnya pada tahun 1995, senyawa kimia beracun sarin digunakan di kereta bawah tanah Tokyo, Jepang, oleh anggota gerakan Aum Shinrikyo, yang menewaskan 15 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang.
Pada tahun 2011, setidaknya ada delapan insiden terorisme kimia yang telah terjadi di Indonesia. Kelompok-kelompok terorisme yang beroperasi secara internasional, termasuk Al-Qaeda dan Da’esh (yang dikenal sebagai ISIL) dan telah menggunakan senjata kimia di Irak dan Suriah.
Umumnya, bahan kimia yang digunakan dalam ancaman terorisme ini kerap digunakan dalam industri resmi, seperti industri pertambangan, pertanian, hingga farmasi. Misalnya saja Klorin, bahan kimia yang biasa digunakan di fasilitas pengolahan air ini juga bisa menghasilkan senjata kimia.
Tentunya hal ini menjadi sebuah ancaman yang sangat nyata di Indonesia. Maka dari itu, ancaman yang kompleks ini membutuhkan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta tingkat nasional, regional, hingga internasional.
Bersiap untuk menghadapi ancaman terorisme kimia
Saat ini, Indonesia sedang menguji kemampuannya untuk menanggulangi terjadinya ancaman-ancaman terorisme kimia melalui beberapa simulasi-simulasi yang mempertemukan perwakilan dari lembaga pemerintah dan sektor swasta.
Telah ada dua simulasi yang diselenggarakan oleh Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan dukungan dari Brimob Polri, yang dilakukan di Semarang dalam beberapa bulan terakhir.
Niki Esse de Lang, Koordinator Kontraterorisme Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik mengatakan, “Serangan terorisme kimia itu begitu nyata. Untuk melawannya, kita membutuhkan respons yang solid dan terintegrasi dari semua aktor yang relevan.”
Latihan simulasi serangan terorisme kimia berlangsung di dalam gerbong kereta api, di Semarang, Senin (18/3/2024) lalu. Pada hari yang tampak biasa itu, beberapa penumpang kereta mulai merasakan mual, beberapa penumpang juga mulai tidak bisa bernapas, lima orang mulai kehilangan kesadaran, dan satu orang mulai tidak merespons.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil mini melintas di dekat gerbong kereta api, yang diikuti oleh sekelompok orang mengenakan pakaian oranye seperti astronot dan mulai mencari bom. Di luar kereta api, rupanya lebih banyak orang dengan peralatan pelindung telah tiba.
Saat itu, tempat kejadian berubah menjadi sangat sibuk, sebagian orang mulai mendirikan area kontrol dan sebagian lagi mendirikan stasiun dekontaminasi, serta sebagian lagi memberikan bantuan medis.
Disisi lain, beberapa orang membuka laptop taktis dan peralatan untuk mengukur udara dan permukaan yang berpotensi terkontaminasi. Sementara yang lainnya menggambar perimeter di lantai dengan warna merah, kuning, dan hijau, tergantung dengan tingkat kontaminasi yang terdeteksi.