Indonesia Bisa Hemat Rp 4.984 Triliun Jika 100% Gunakan Kendaraan Listrik

International Council on Clean Transportation (ICCT) menilai Indonesia berpotensi menghemat anggaran untuk subsidi energi hingga Rp 4.984 triliun.

Indonesia Bisa Hemat Rp 4.984 Triliun Jika 100% Gunakan Kendaraan Listrik

International Council on Clean Transportation (ICCT) menilai Indonesia berpotensi menghemat anggaran untuk subsidi energi hingga Rp 4.984 triliun pada 2060 jika mampu mengakselerasi pengunaan kendaraan listrik atau electric vehicle secara menyeluruh.

Hal tersebut terungkap dalam laporan terbaru ICCT dengan judul Roadmap to Zero “The pace of Indonesia’s electric vehicle transition”. Managing Director ICCT, Ray Minjares, mengatakan analisis tersebut menunjukan dua skenario untuk pertumbuhan EV guna mendorong Indonesia mencapai net zero emission pada 2060.

Skenario pertama adalah net zero. Pada skenario ini, kendaraan roda dua dan tiga diperkirakan akan memimpin adopsi EV dan mencapai 100% penjualan pada tahun 2040. Hal itu mencakup kendaraan roda empat, bus, dan truk baik sedang maupun berat 100% pada 2045. 

Sedangkan, skenario  lainya adalah best practice. Pada skenario ini, kendaraan roda dua dan tiga akan mencapai adopsi 100% pada 2037 dan untuk kendaraan roda empat bus, dan truk baik sedang maupun berat 100% pada 2040. Kedua skenario tersebut akan memberikan manfaat besar bagi kondisi iklim dan perekonomian di Indonesia.

“Kami memperkirakan skenario net-zero dapat mengurangi konsumsi bahan bakar cair kumulatif hingga 2060 sebesar 5,1–6,7 miliar barel setara minyak, menghindari subsidi energi sebesar Rp 3.960 triliun–Rp 4.984 triliun,” ujar Ray dalam Strategic Forum Katadata Green bertajuk "Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik Nasional", di Jakarta, Rabu (12/2).

Selain memberikan keuntungan ekonomi, peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke EV juga akan baik untuk lingkungan. Salah satunya adalah dapat mengurangi emisi yang dihasilkan oleh kendaraan sebesar 2,4-3,1 gigaton karbondioksida (CO2).

Ray mengatakan, peralihan ke EV sangat diperlukan untuk mendorong Indonesia mencapai NZE. Pasalnya, sektor ini menjadi salah satu yang terbesar dalam menyumbang emisi di Indonesia.

“Sektor transportasi menyumbang sekitar 22% dari emisi energi Indonesia,” ujarnya.

Ia mengatakan, besaran sumbangan emisi tersebut sangat berdampak terhadap Kesehatan masyarakat yang terganggu akibat emisi polutan udara dari pembakaran bahan bakar fosil.

Pada perhitungan yang dilakukan dengan menarik data selama lima tahun kebelakang menunjukan emisi dapat menimbulkan 4.500 kematian dini di masyarakat.

“Ini belum termasuk kasus asma lainnya, hari kerja yang hilang, dan dampak sosial lainnya yang disebabkan oleh polusi udara,” ucapnya.