Harga Gas Naik, Industri Kaca Khawatir Investor Asing Pilih Negara Lain

Pelaku usaha menanti keputusan pemerintah tentang kebijakan harga gas yang berakhir tahun lalu.

Harga Gas Naik, Industri Kaca Khawatir Investor Asing Pilih Negara Lain

Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman mengungkapkan tingginya industri saat ini berpotensi melemahkan arus investasi asing ke industri keramik. Para pelaku usaha masih menunggu keputusan pemerintah untuk memperpanjang kebijakan harga gas bumi tertentu alias HGBT senilai US$ 6,5. per juta British Thermal Unit (MMBTU) yang berakhir tahun lalu. 

"Ini saatnya pemerintah mulai meyakinkan investasi asing ke indonesia dengan menetapkan perpanjangan HGBT pada bulan ini," kata Ketua Umum AKLP Yustinus Gunawan kepada Katadata.co.id, Rabu (12/2).

Perpanjangan harga gas untuk industri juga berfungsi untuk  menjaga utilisasi pabrik yang akhirnya mendorong daya beli masyarakat. Ia berharap, pemerintah segera membuat keputusan agar pabrikan kaca dapat memanfaatkan lonjakan permintaan sebelum momen Idulfitri 2025 pada bulan depan. 

Dalam catatannya, sejak Januari 2025  pabrik kaca harus mengeluarkan biaya US$ 12,6 per MMBTU untuk pembelian gas. PT Perusahaan Gas Negara Tbk, sebagai pemasok, hanya memberikan harga US$ 9,16 per MMBTU untuk 54% kebutuhan pabrik. Apabila melewati persentase itu, harga gas naik menjadi US$ 16,77 per MMBTU. 

"Saat ini belum ada penurunan utilitas produksi akibat kebijakan tersebut. Namun, pabrikan sedang mempertimbangkan penyesuaian harga yang dinikmati konsumen," katanya.

Ada dua faktor yang menjadi pertimbangan. Pertama, daya beli masyarakat tahun ini. Kedua, sensitivitas harga di pasar global naik seiring dengan rencana proteksionisme Amerika Serikat. Kondisi terakhir ini berpotensi membuat pasar domestik kebanjiran kaca impor. 

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan kondisi inflasi yang rendah dan juga terdapat deflasi pada bulan lalu menunjukan adanya pelemahan daya beli. “Daya beli lemah masih dihadapi masyarakat. Terutama, yang lebih spesifik lagi, adalah di kelas menengah,” ucapnya.

Setelah momen pergantian tahun, seharusnya inflasi mulai naik lagi. Tapi jika secara bulanan ternyata mengalami deflasi, maka permasalahan daya beli belum selesai “Jadi, pekerjaan rumah pemerintah adalah mendorong daya beli dan juga lapangan pekerjaan,” ujar Faisal.

Reporter: Andi M. Arief