Arsjad Rasjid Ungkap 7 Strategi Tingkatkan Daya Saing RI, UMKM hingga Manufaktur

Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, mengungkap tujuh jurus yang menjadi pilar utama dalam meningkatkan daya saing Indonesia ke depan.

Arsjad Rasjid Ungkap 7 Strategi Tingkatkan Daya Saing RI, UMKM hingga Manufaktur

Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC), Arsjad Rasjid, mengungkap  tujuh jurus yang menjadi pilar utama dalam meningkatkan daya saing Indonesia ke depan. Menurut Arsjad hal yang paling utama dalam jurus tersebut yakni memperkuat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau UMKM di Indonesia.

Arsjad mengatakan sangat penting bagi Indonesia untuk membangun ekosistem yang mendukung, seperti yang dilakukan oleh negara-negara tetangga yakni Jepang, Korea, dan Tiongkok. Ia menyebut konsep yang ingin diterapkan bagaimana industri besar bisa mendukung UMKM sehingga seluruh ekosistem dapat berkembang secara menyeluruh. 

Penguatan UMKM ini menurut Arsjad sesuai dengan visi  yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto yang ingin menerapkan ekonomi berbasis Pancasila. “Ekonomi Pancasila itu kan maknanya besar, bergotong royong. Nah, ini upaya gotong royong kami untuk itu,” kata Arsjad di Konferensi Pers Indonesia Economic Summit (IES) 2025, Jakarta, Rabu (12/2).

Hal kedua yang menurut Arsjad penting adalah membangun infrastruktur, baik infrastruktur fisik (hard infrastructure) maupun infrastruktur pendukung (soft infrastructure). Arsjad menjelaskan Prabowo telah membuka peluang bagi sektor swasta untuk berinvestasi di Indonesia, dengan mengajak mereka untuk berpartisipasi tanpa mengandalkan sepenuhnya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

Menurut Arsjad, investor perlu dilibatkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, dalam proyek-proyek infrastruktur. Pelibatan itu misalnya dalam pembangunan bandara, kereta api, dan lainnya. 

Ia menilai hal ini demi membawa masuk dana investor guna membangun perekonomian tanpa bergantung pada anggaran negara. Selanjutnya hal ketiga adalah sektor energi. 

Ia menilai transisi energi dan ketahanan energi penting demi mendorong pertumbuhan ekonomi RI. Selain itu, keempat yakni sektor pangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, mengingat Indonesia memiliki populasi 280 juta orang dan merupakan pasar yang besar untuk menarik peluang investasi.

 Adapun hal penting kelima adalah pentingnya industrialisasi, khususnya di sektor manufaktur. Arsjad menyebut manufaktur merupakan kunci untuk Indonesia menjadi negara maju. 

Hal keenam adalah Indonesia perlu memperkuat sektor manufaktur, dengan menciptakan nilai tambah melalui sumber daya alam yang dimiliki, misalnya nikel, yang saat ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Ia menyebut pemanfaatan nikel dapat berkontribusi pada pengembangan industri aluminium dan lainnya, yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia.

Sementara itu, hal penting ketujuh adalah sektor kesehatan juga menjadi perhatian penting untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sektor kesehatan tercermin dalam rumah sakit, klinik, peralatan medis, dan obat-obatan, serta sebagai peluang investasi. 

Menurut Arsjad, ketujuh sektor-sektor ini menunjukkan potensi besar bagi industri dan Indonesia, dengan segala kekayaan sumber daya alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Ia meyakini Indonesia masih sangat menarik bagi investor. 

Lebih jauh Arsjad mengatakan Indonesia tidak bisa diabaikan karena memiliki populasi yang besar dan demografi diisi oleh anak muda. “Ini kalau dibilang ingredients untuk investasi atau hubungan, ini ada di Indonesia. Jadi gak bisa-bisa orang gak lihat Indonesia,” ucapnya. 

Strategi Konkret

Di sisi lain, Asosiasi CEO dan pemimpin bisnis dan industri Indonesian Business Council (IBC) bakal menyelenggarakan Indonesia Economic Summit (IES) 2025, forum ekonomi berskala internasional untuk mendorong percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. IES 2025 diselenggarakan pada 18-19 Februari 2025 di Hotel Shangri-La, Jakarta.

Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid, menegaskan bahwa IES 2025 dirancang sebagai wadah bagi pelaku usaha dan pembuat kebijakan untuk membahas strategi konkret dalam menavigasi tantangan global seperti investasi, manufaktur, energi berkelanjutan, talenta, inovasi, keuangan.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia membutuhkan kemitraan yang erat lintas sektor. Keselarasan kebijakan publik, swasta dan masyarakat menjadi kunci tercapainya pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan," tutur Arsjad.

Adapun CEO IBC, Sofyan Djalil mengatakan sejak didirikan pada 2023, IBC telah menjadi wadah bagi pemimpin bisnis untuk berkolaborasi dan meningkatkan kontribusi sektor swasta pada pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Saat ini IBC fokus pada penguatan peran sektor swasta dalam mendorong inovasi dan investasi.

Selain itu, lebih dari 1.000 pemimpin bisnis akan berpartisipasi di IES 2025. Partisipan IES 2025 berasal dari berbagai negara dengan 48 kebangsaan yang berbeda. IES 2025 juga dihadiri oleh tokoh-tokoh VIP seperti para CEO dan pimpinan perusahaan-perusahaan terkemuka Indonesia dan asing, serta perwakilan negara-negara asing dan organisasi internasional.