BPS: Konsumsi rumah tangga pendorong utama pertumbuhan ekonomi 2024

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan bahwa konsumsi rumah tangga merupakan ...

BPS: Konsumsi rumah tangga pendorong utama pertumbuhan ekonomi 2024
Kelompok konsumsi yang tumbuh tinggi antara lain adalah transportasi dan komunikasi

Jakarta (ANTARA) - Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan bahwa konsumsi rumah tangga merupakan komponen pengeluaran utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional pada 2024.

“Seluruh komponen pengeluaran tumbuh positif di tahun 2024. Komponen dengan distribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga yang memberikan kontribusi sebesar 54,04 persen pada tahun 2024 dan tumbuh sebesar 4,94 persen (secara kumulatif/c-to-c),” kata Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh seiring meningkatnya aktivitas dan mobilitas rumah tangga.

“Kelompok konsumsi yang tumbuh tinggi antara lain adalah transportasi dan komunikasi, di mana terlihat mobilitas masyarakat yang meningkat menyebabkan kebutuhan konsumsi terhadap transportasi dan komunikasi juga meningkat,” jelasnya.

Amalia menyampaikan bahwa hal tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah penumpang angkutan rel, angkutan laut, serta angkutan udara.

Ia menyatakan bahwa pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga juga didorong oleh kelompok konsumsi restoran dan hotel seiring dengan meningkatnya kegiatan wisata selama akhir tahun, terutama saat libur sekolah dan libur hari besar keagamaan.

Komponen pengeluaran selanjutnya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi domestik adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan kontribusi 29,15 persen dan pertumbuhan 4,61 persen c-to-c.

“Untuk komponen PMTB, terlihat tumbuh positif dan tercermin pada beberapa indikator kelompok barang modal, terutama adanya peningkatan realisasi investasi, PMA (penanaman modal asing) dan PMDN (penanaman modal dalam negeri), lalu juga PMTB yang berasal dari pemerintah dan swasta yang juga terlihat tumbuh positif,” ujar Amalia.

Ia menyatakan bahwa komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar selanjutnya adalah ekspor dengan kontribusi 22,18 persen dan pertumbuhan sebesar 6,51 persen c-to-c.

Pihaknya mencatat bahwa ekspor komoditas migas maupun non-migas dan ekspor jasa tumbuh positif pada tahun lalu. Pertumbuhan tersebut karena sejumlah komoditas mengalami peningkatan nilai dan volume, seperti mesin/peralatan listrik, nikel, serta alas kaki.

Sementara beberapa komoditas lainnya mengalami peningkatan volume ekspor, tapi terjadi penurunan nilai, seperti bahan bakar mineral, besi dan baja, serta minyak dan gas. Sedangkan peningkatan ekspor jasa disebabkan oleh peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.

Komponen pengeluaran lainnya yang berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2024 adalah konsumsi pemerintah dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT).

Konsumsi pemerintah berkontribusi sebesar 7,73 persen terhadap pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun lalu dengan tingkat pertumbuhan kumulatif sebesar 6,61 persen c-to-c.

Selanjutnya, meskipun memiliki kontribusi positif terkecil terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni hanya sebesar 1,36 persen, tapi konsumsi LNPRT memiliki pertumbuhan kumulatif tertinggi, yakni 12,48 persen.

Sementara komponen pengeluaran impor berkontribusi negatif sebesar -20,39 persen terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2024 dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 7,95 persen c-to-c.

Meskipun begitu, Amalia menuturkan bahwa total net ekspor tahunan pada tahun lalu tetap bernilai positif, yakni sebesar Rp513,7 triliun. Namun, angka tersebut lebih kecil dibandingkan total net ekspor pada 2023 yang tercatat sebesar Rp514,36 triliun.

“Kalau kita menghitung pertumbuhan dari yang nilainya lebih kecil, sementara dasarnya sebelumnya lebih besar, maka terhitung tumbuh negatif pertumbuhannya. Tetapi, nilainya tetap positif sepanjang tahun (2024 sebesar) Rp513,7 triliun,” ujarnya.

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025