Donald Trump Perintahkan Seluruh Sandera Dibebaskan pada Sabtu: Atau Kami Bikin Jadi Neraka!
Donald Trump mengatakan Hamas harus membebaskan semua sandera pada Sabtu tengah hari atau gencatan senjata dihentikan.
![Donald Trump Perintahkan Seluruh Sandera Dibebaskan pada Sabtu: Atau Kami Bikin Jadi Neraka!](https://statik.tempo.co/data/2025/02/07/id_1375694/1375694_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat mengatakan pada Senin jika setiap Israel tidak dibebaskan dari Gaza pada Sabtu siang pekan ini, maka "neraka" akan terjadi dan dia akan menyerukan diakhirinya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Trump mengatakan keputusan akhir akan tetap berada di tangan Israel.
Seperti dilansir pada Selasa 11 Februari 2025, Trump memperingatkan bahwa Israel mungkin ingin mengesampingkannya dalam masalah ini dan mengatakan ia mungkin akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Namun dalam sesi diskusi yang luas dengan wartawan di Ruang Oval, Trump mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap kondisi kelompok sandera terakhir yang dibebaskan oleh Hamas dan pengumuman kelompok pejuang Palestina tersebut bahwa mereka akan menghentikan pembebasan lebih lanjut.
"Sejauh yang saya ketahui, jika semua sandera tidak dikembalikan pada Sabtu pukul 12.00, saya pikir ini adalah waktu yang tepat. Saya akan mengatakan, batalkan dan semua pertaruhan dibatalkan dan biarkan kekacauan terjadi. Menurut saya mereka harus dikembalikan pada Sabtu pukul 12," kata Trump.
Dia mengatakan ingin para sandera dibebaskan secara massal, bukan hanya beberapa orang saja. "Kami ingin semuanya kembali."
Trump juga mengatakan dia mungkin akan menahan bantuan ke Yordania dan Mesir jika mereka tidak menerima pengungsi Palestina yang diusir dari Gaza. Dia akan bertemu Raja Yordania Abdullah II pada Selasa.
Komentar tersebut muncul di tengah kebingungan atas usulan Trump agar AS mengambil alih Gaza setelah genosida Israel berhenti.
Dia mengatakan warga Palestina tidak mempunyai hak untuk kembali ke Jalur Gaza berdasarkan usulannya untuk membangun kembali daerah kantong tersebut. Hal ini bertentangan dengan pejabatnya sendiri yang menyatakan warga Gaza hanya akan direlokasi sementara.
Dalam kutipan wawancara dengan saluran Fox News Bret Baier yang disiarkan pada Senin, Trump menambahkan bahwa dia bisa membuat kesepakatan dengan Yordania dan Mesir untuk menerima pengungsi Palestina, dengan mengatakan bahwa AS memberi kedua negara tersebut “miliar dolar per tahun.”
Ketika ditanya apakah warga Palestina mempunyai hak untuk kembali ke Gaza, Trump berkata: "Tidak, karena mereka akan memiliki perumahan yang jauh lebih baik."
“Saya sedang berbicara tentang membangun tempat permanen untuk mereka,” katanya, seraya menambahkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar Gaza dapat dihuni kembali.
Dalam pengumuman yang mengejutkan pada 4 Februari setelah bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, Trump mengusulkan pengusiran etnis 2,2 juta warga Palestina di Gaza. Amerika Serikat mengambil alih wilayah kantong tepi laut tersebut, dan mengembangkannya kembali menjadi “Riviera Timur Tengah.”
Usulan Trump mengenai pengungsian warga Palestina telah berulang kali ditolak oleh penduduk Gaza dan negara-negara Arab, dan dicap oleh para pembela hak asasi manusia dan PBB sebagai usulan pembersihan etnis yang merupakan kejahatan perang.
Pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan pernyataan Trump bahwa warga Palestina tidak akan bisa kembali ke Gaza adalah “tidak bertanggung jawab.”
“Kami menegaskan bahwa rencana seperti itu mampu menyulut konflik di kawasan ini,” katanya kepada Reuters, Senin.
Netanyahu, yang memuji usulan tersebut, menyarankan warga Palestina akan diizinkan untuk kembali. “Mereka bisa pergi, lalu kembali lagi, mereka bisa pindah dan kembali lagi. Tapi Anda harus membangun kembali Gaza,” katanya sehari setelah pengumuman Trump.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang akan berangkat akhir pekan ini untuk kunjungan pertamanya ke Timur Tengah, mengatakan pada Kamis lalu bahwa warga Palestina harus “tinggal di tempat lain untuk sementara,” selama rekonstruksi. Namun, ia menolak untuk secara eksplisit mengesampingkan pengungsian permanen mereka.
Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai perbedaan antara pernyataan terbaru Rubio dan Trump mengenai rencana tersebut.
Komentar Trump muncul ketika gencatan senjata rapuh yang dicapai bulan lalu antara Israel dan Hamas berisiko runtuh, setelah Hamas mengumumkan pada Senin bahwa mereka akan berhenti melepaskan sandera Israel karena pelanggaran Israel terhadap perjanjian tersebut.
Negara-negara tetangga Israel di Arab, termasuk Mesir dan Yordania, mengatakan rencana apa pun untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka akan mengganggu stabilitas kawasan.
Rubio bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty di Washington pada Senin. Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan Abdelatty mengatakan kepada Rubio bahwa negara-negara Arab mendukung Palestina dalam menolak rencana Trump. Kairo khawatir warga Palestina akan terpaksa melintasi perbatasan Mesir dengan Gaza.
Trump mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa antara dua hingga enam komunitas dapat dibangun untuk warga Palestina "sedikit jauh dari tempat mereka berada, tempat semua bahaya ini berada."
"Saya akan memilikinya. Anggap saja ini sebagai pengembangan real estat untuk masa depan. Ini akan menjadi sebidang tanah yang indah. Tidak perlu mengeluarkan banyak uang," katanya.