Gus Ulil Bolehkan Suap, Padahal Ada Catatan Penting Ulama yang Dilewatkan, Apa Itu?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ulil Abshar Abdalla berpendapat tentang bolehnya suap menyuap untuk kebaikan. Lantas apakah benar hal ini? Bolehkah suap tersebut diterima dan apakah...

Gus Ulil Bolehkan Suap, Padahal Ada Catatan Penting Ulama yang Dilewatkan, Apa Itu?

Suap.ilustrasi. Gus Ulil beberkan kebolehan suap menyuap untuk kebaikan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ulil Abshar Abdalla berpendapat tentang bolehnya untuk kebaikan. Lantas apakah benar hal ini? Bolehkah suap tersebut diterima dan apakah berdosa?

Mayoritas ulama memang memperbolehkan suap menyuap untuk kebaikan, tetapi jangan lupa bahwa yang berdosa adalah mereka yang menerima suap tersebut. Penegasan ini disampaikan Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Majmu’ al-fatawa sebagai berikut:

فأما إذا أهدى له هدية؛ ليكف ظلمه عنه أو ليعطيه حقه الواجب كانت هذه الهدية حراماً على الآخذ، وجاز للدافع أن يدفعها إليه

كما كان النبي صلى الله عليه وسلم يقول: "إني لأعطي أحدهم العطية فيخرج بها يتأبطها ناراً"، قيل: يا رسول الله فلم تعطيهم؟ قال: "يأبون إلا يسألوني ويأبى الله لي البخل ولهذا قال العلماء: يجوز رشوة العامل لدفع الظلم لا لمنع الحق

ومن ذلك: لو أعطى الرجل شاعراً أو غير شاعر، لئلا يكذب عليه بهجو أو غيره، أو لئلا يقول في عرضه ما يحرم عليه قوله، كان بذله لذلك جائزاً وكان ما أخذه ذلك لئلا يظلمه حراماً عليه; لأنه يجب عليه ترك ظلمه"

Jika dia memberikan hadiah kepadanya untuk menghentikan kezalimannya atau untuk memberikan haknya, maka hadiah tersebut diharamkan bagi si penerima, dan si pembayar diperbolehkan membayarnya. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersabda, "Aku memberikan hadiah kepada salah seorang dari mereka, lalu dia keluar dengan hadiah tersebut sambil menggenggamnya." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau memberikannya?" Beliau bersabda, "Mereka tidak mau memintanya, dan Allah tidak mengizinkanku untuk kikir."

Itulah yang dikatakan oleh para ulama."Diperbolehkan menyuap seorang pekerja untuk menunaikan suatu kezaliman, tetapi tidak boleh untuk menghalangi suatu hak.

Demikian juga jika seseorang memberikan sesuatu kepada seorang penyair atau bukan penyair agar dia tidak berdusta kepadanya dalam suatu serangan atau selainnya, atau agar dia tidak mengatakan sesuatu yang dilarang untuk dikatakan, maka hal itu diperbolehkan, dan apa yang dia ambil agar dia tidak berbuat zalim hukumnya haram (diambil) oleh karena itu dia wajib meninggalkan kezalimannya.

Loading...