Kepala BPOM Cek Kesiapan Laboratorium Jelang Kenaikan Level WHO NRA
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar, berkunjung ke laboratorium uji klinis Equilab. Hal itu ...
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar, berkunjung ke laboratorium uji klinis Equilab. Hal itu dilakukan untuk mengecek kesiapan kapasitas uji klinis, terkait rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang akan datang pada Februari mendatang, guna mengecek kesiapan Indonesia untuk bergabung salah satu otoritas terdaftarnya.
"Sehingga kita perlu bersiap dengan memantau kapasitas sejumlah lab uji klinik, salah satunya laboratorium uji klinis Equilab ini," ujar Taruna Ikrar, di lokasi, Jumat (24/1/2025).
Taruna mengatakan, laboratorium uji klinis Equilab sejauh ini memiliki reputasi yang sangat baik. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di Asia Tenggara.
Ia menjelaskan, kemampuan melakukan uji klinis adalah salah satu yang menjadi bahan pertimbangan organisasi internasional itu, selain praktik kebijakan serta produksi obat-obatan yang baik.
Saat ini, katanya, Indonesia baru mencapai maturitas level 3 dari WHO NRA Benchmarking, dan RI ingin naik jadi tingkat maturitas 4 atau 5.
"Bulan depan untuk menggapai posisi itu, kita akan dikunjungi langsung dari tim, dari WHO ke Indonesia, ke Jakarta. Kan ini sudah beberapa bulan, hampir 5-6 bulan sudah tiap saat melakukan asesmen lewat online," kata Taruna.
Pihaknya berkunjung ke sejumlah laboratorium uji klinis, salah satunya milik Equilab, guna mengecek kesiapan kapasitas uji klinis, misalnya untuk uji kosmetik.
"Berdasarkan pengamatan, lab ini sesuai dengan standar BPOM," katanya.
Taruna menilai, selain untuk meraih status WLA, uji klinis adalah salah satu komponen penting dalam menarik investasi. Dengan uji klinis yang baik, investor akan tertarik pada Indonesia, dan mempercayakan produksinya.
Berbagai regulasi dibuat untuk kemudahan berinvestasi, namun BPOM tetap mengikat perusahaan dengan ketentuan transfer teknologi setelah lima tahun di Indonesia.
"Yang kedua dengan cara seperti ini juga bisa menurunkan harga obat," katanya.
Kemudian, kata Taruna, uji klinis yang bagus dapat meningkatkan potensi obat-obatan herbal Indonesia menjadi produk obat herbal terstandar.
Saat ini ada lebih dari 17 ribu obat asli Indonesia, namun yang diuji secara klinis baru 97, dan yang menjadi obat 21.
Direktur Utama PT Equilab International Ronal Simanjuntak mengatakan, pihaknya mendukung BPOM dalam meraih status WHO, seperti dengan cara menghasilkan produk-produk yang bermutu, pengujian vaksin.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025