Keutamaan Merindukan Datangnya Bulan Ramadhan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti 'melapangkan dada', 'menyambut dengan mesra serta senang hati.' Dalam konteks ini, tarhib alias menyambut bahagia kedatangan bulan...
![Keutamaan Merindukan Datangnya Bulan Ramadhan](https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/086442100-1679282462-830-556.jpg)
Ilustrasi pawai anak-anak menyambut Ramadhan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata tarhib berasal dari kata rahhaba, yurahhibu, tarhiiban yang berarti 'melapangkan dada', 'menyambut dengan mesra serta senang hati.' Dalam konteks ini, tarhib alias menyambut bahagia kedatangan termasuk tuntunan iman yang sejati. Sebab, Rasulullah SAW biasa melakukannya.
Bahkan, Nabi SAW telah men-tarhib Ramadhan dua bulan sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik RA, ketika memasuki bulan Rajab Nabi SAW berdoa, "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadhan." (HR Imam Ahmad dan Ath Thabrani).
Hal ini penting guna menanamkan kerinduan kepada sekaligus sebagai upaya persiapan mental (tahyi'ah nafsiyah), spiritual (tahyi'ah ruhiyah) dan intelektual (tahyi'ah fikriyah).
Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadhan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, tanpa pahala dan tidak mampu memberikan pengaruh positif bagi kehidupan. Perhatikan sabda Nabi SAW, "Berapa banyak orang yang puasa tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga." (HR An Nasa'i dan Ibnu Majah).
Sebaliknya, dengan persiapan dan perbekalan yang maksimal akan mampu meraih sukses Ramadhan secara optimal. Untuk itu, di hari terakhir Sya'ban, Rasulullah SAW kembali mengkondisikan umatnya dengan menyampaikan pidato 'kenegaraan' menyambut Ramadhan dengan menjelaskan keutamaan-keutamaannya.
"Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib dan qiyamul lail-nya sunnah. Barangsiapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan kewajiban, makan seperti mengerjakan 70 kewajiban di bulan lain.
Loading...
sumber : Hikmah Republika oleh Ahmad Kusyairi Suhail