Kholid Nelayan Banten Sindir Pemerintah: Kalau Nggak Berani Lawan Korporasi, Saya yang Akan Lawan!

Nelayan terdampak pagar laut di Tangerang, Kholid, menyindir pemerintah soal kasus pagar laut yang kini ramai dibicarakan.

Kholid Nelayan Banten Sindir Pemerintah: Kalau Nggak Berani Lawan Korporasi, Saya yang Akan Lawan!

TRIBUNNEWS.com - Nelayan asal Desa/Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, , , menyindir pemerintah soal situasi yang tengah ia dan rekan-rekannya hadapi, terkait misterius sepanjang 30,16 kilometer.

Kholid, satu dari sekian yang terdampak buntut tersebut, mengaku sudah sejak lama harus berhadapan dengan korporasi-korporasi dalam mempertahankan lahan.

Korporasi-korporasi itu ia sebut berkaitan dengan proyek strategis nasional (PSN) (PIK).

Ia bercerita, korporasi-korporasi itu menggunakan cara licik dalam membeli lahan milik warga di Tangerang.

Awalnya, ungkap , pihak korporasi tiba-tiba akan mengurug lahan milik warga setempat, lalu memberinya uang muka.

"Si A punya tanah nggak mau jual, tiba-tiba diurug. Setelah diurug, disamperin, dikasih DP."

Baca juga:

"Nggak diterima, tanah udah diurug. Diterima, nggak sesuai harganya. Ini kan sama dengan, 'Eh kasih, nggak?!'. Bedanya bukan mau dipukul, diurug dulu," tutur saat menjadi narasumber dalam siniar Abraham Samad SPEAK UP yang tayang pada Sabtu (18/1/2025).

Tak hanya lahan di darat, lanjut , tambak-tambak petani bandeng juga turut menjadi korban.

"(Contohnya) saya petani tambak, ternak ikan bandeng, butuh sirkulasi air, (tapi) sungainya diurug."

"Begitu terus, akhirnya ikan bisa mati. Tiba-tiba (pihak korporasi) datang, 'udah dibeli aja, dijual aja'."

"Ya dijual lah, pusing. Dibeli murah Rp50.000 per meter," bebernya.

Atas hal itu, mengaku tak ingin dirinya berada di bawah kontrol korporasi.

Ia bahkan bersumpah memilih mati, jika sampai kehidupannya berada di bawah korporasi, bukan negara.

Meski demikian, mengaku negara seperti tak hadir membela rakyat kecil sepertinya.