Kisah Para Patriot Energi yang Membawa Listrik ke Pelosok Indonesia

Di pelosok Indonesia, listrik bukan sekadar sumber energi, tetapi juga harapan bagi masyarakat untuk hidup lebih baik.

Kisah Para Patriot Energi yang Membawa Listrik ke Pelosok Indonesia

TRIBUNNEWS.COM - Di pelosok Indonesia, listrik bukan sekadar sumber energi, tetapi juga harapan bagi masyarakat untuk hidup lebih baik. Itulah yang ingin diberikan oleh para patriot energi yang terus berupaya membawa listrik ke pelosok Indonesia. 

Salah satunya Ristifah, yang berusia 29 tahun ditawari posisi sebagai fasilitator desa di proyek UNDP,  ‘Accelerating Clean Energy to Reduce Inequality’ (ACCESS) di tahun 2021, ia langsung menerima tawaran tersebut. 

Tujuh tahun sebelumnya, Ristifah pernah bekerja di pembangkit listrik tenaga mikrohidro di sebuah desa di Kalimantan. Di sana, ia melihat secara langsung bagaimana pasokan listrik yang terbatas berdampak pada kehidupan masyarakat.

"Kami hanya memiliki listrik selama tiga jam per hari. Pemerintah membagikan genset untuk sisanya. Banyak anggota masyarakat yang menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah tidak masalah dengan situasi ini, tetapi lain halnya dengan anak-anak muda yang membutuhkan listrik yang dapat diandalkan untuk menjaga perangkat seluler kami," kata Ristifah, yang seperti banyak orang Indonesia lainnya hanya menggunakan satu nama.

Kurangnya listrik berarti akses ke layanan kesehatan dan sumber daya lainnya terbatas, dan para siswa sering kali terpaksa belajar dengan cahaya lilin, tanpa akses ke internet.

Indonesia sangat membutuhkan kapasitas energi bersih. Pemerintah telah berjanji untuk menghapus pembangkit listrik tenaga batu bara antara tahun 2040 dan 2060, tetapi pada saat yang sama, sekitar 30 juta orang di negara ini tidak memiliki akses listrik yang memadai. Dan seiring dengan perkembangan Indonesia, permintaan listrik diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,8 persen per tahun.

Pada tahun 2021, Ristafah menjadi salah satu dari 23 fasilitator di UNDP Indonesia yang ditugaskan untuk membantu masyarakat di seluruh Indonesia untuk mengembangkan sumber daya energi bersih. 

Melalui Proyek ACCESS, yang mendapat dukungan dana dari Korea International Cooperation Agency, Ristafah dan para "Patriot Energi", sebutan untuk para fasilitator, menghabiskan satu setengah tahun tinggal di 23 desa di seluruh Indonesia. 

Di setiap desa, mereka mengadakan pertemuan masyarakat untuk menentukan tarif listrik, bekerja sama dengan kontraktor, melakukan perekrutan terbuka untuk operator dan teknisi, dan membantu penyedia energi terbarukan setempat untuk mengelola pembangkit listrik yang akan segera beroperasi.

"Bersamaan dengan pembangunan dan pelatihan bagi masyarakat setempat, lembaga-lembaga lokal juga telah dibentuk untuk memastikan bahwa program elektrifikasi pedesaan berjalan dengan baik," ujar Manajer Proyek Nasional ACCESS, Mathilde Sari.

Seperti kebanyakan desa-desa di kepulauan, Wangkolabu di Provinsi Sulawesi Tenggara, tempat Ristifah ditugaskan, dulunya sangat bergantung pada listrik yang dipasok dari genset portabel berbahan bakar minyak. 

Genset berbahan bakar minyak ini seringkali tidak mencukupi kebutuhan masyarakat, dan asap beracun yang dikeluarkannya dapat membahayakan lingkungan dan berkontribusi pada penyakit pernapasan, kanker, dan penyakit lainnya.

Mengatasi ketidaksetaraan antara perkotaan dan pedesaan

Ristafah dan para "Patriot Energi" lainnya ditugaskan untuk membantu masyarakat terpencil dalam pemasangan pembangkit listrik di luar jaringan listrik dengan kapasitas total 1,2 MW, yang cukup untuk menyediakan listrik bagi sekitar 20.000 orang.