KKP: Ekosistem budi daya lobster di Batam tunjukkan progres signifikan
Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa ekosistem budi daya ...
![KKP: Ekosistem budi daya lobster di Batam tunjukkan progres signifikan](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/13/83DBE9C0-9B11-49E5-941A-D604ADDCF4E4.jpeg)
Kenapa modeling lobster dibangun di Batam? Karena berdasarkan kajian ilmiah, perairannya kaya nutrien untuk pertumbuhan kekerangan sebagai pakan lobster,
Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa ekosistem budi daya lobster di Batam, Kepulauan Riau, menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan bahwa ekosistem budi daya tersebut menunjukkan perkembangan yang signifikan didukung dengan keterangan yang turut memenuhi kebutuhan pakan lobster budi daya.
“Kenapa modeling lobster dibangun di Batam? Karena berdasarkan kajian ilmiah, perairannya kaya nutrien untuk pertumbuhan kekerangan sebagai pakan lobster," kata Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya KKP terus melakukan pengembangan ekosistem budi daya lobster di Indonesia.
Dia menyampaikan bahwa KKP telah melakukan kerja sama dengan pembudi daya kekerangan di Tanjung Uma, daerah tersebut.
"Alhamdulillah hasilnya bagus bisa memangkas biaya pakan hingga 35 persen,” ujarnya.
Ia menuturkan bahwa kerja sama yang baik dengan kelompok pembudi daya kekerangan di Batam menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan.
"Pembudi daya nantinya bisa meningkatkan hasil panen kerang hijaunya sekitar 30 persen dari jumlah produksi sebelumnya untuk memenuhi permintaan rumah makan atau restoran," tuturnya.
Sementara KKP, dalam hal ini Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam bisa mendapatkan kerang kupang untuk kebutuhan pakan lobster di modeling budi daya lobster.
"Kerang kupang yang selama ini dibuang oleh pembudi daya kerang di Batam, sekarang BPBL Batam ambil untuk pakan lobster," ucapnya.
Lebih lanjut, Dirjen Perikanan Budi Daya KKP Tb Haeru atau yang akrab disapa Tebe itu mengatakan bahwa kerang itu menjadi pakan berkualitas bagi lobster dengan kandungan nutrien yang baik.
"Sama halnya dengan kerang coklat, kerang ini termasuk kerang yang tidak dikonsumsi manusia,” kata Tebe.
Sementara itu, Kepala BPBL Batam Ikhsan Kamil mengatakan bahwa kerja sama dengan kelompok pembudi daya kekerangan di Tanjung Uma Batam sudah memperlihatkan hasil yang bagus.
"Kelompok pembudi daya sudah mulai panen kerang kupang. Hasil panennya sesuai dengan target, sehingga bisa memangkas biaya pakan hampir mencapai 35 persen," kata Ikhsan.
Untuk meningkatkan produktivitas pembudi daya kerang, BPBL Batam telah memberikan bantuan berupa tiga unit keramba jaring apung (KJA) masing-masing unit ada empat lubang dengan luas KJA masing-masing 3 x 3 meter.
Kemudian media pemeliharaan kerang berupa tali yang digantung dan dipasang pelampung sebanyak 250 tali kerang per unit KJA untuk dikelola oleh tiga kelompok pembudi daya kerang. Fasilitas ini nantinya dapat menambah hasil produksi kerang hijaunya sekitar 30 persen dari total produksi sebelumnya.
Rusli, salah seorang pembudi daya mengatakan dengan adanya bantuan sarana dan prasarana budidaya kerang dari BPBL Batam, produksi kerang hijau yang dilakukan bisa meningkat dari sebelumnya sehingga bisa menambah penghasilan per bulannya.
"Kami juga sangat bangga bisa panen kerang kupang sesuai dengan yang ditargetkan dan bisa menyuplai kebutuhan pakan lobster di sini," kata Rusli.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menggagas pengembangan modeling budi daya lobster sebagai bagian dari program ekonomi biru Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Trenggono mengatakan bahwa lobster masuk dalam komoditas yang diprioritaskan menjadi unggulan ekspor perikanan Indonesia di masa depan.
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025