Luka dari Ibu Dunia
Foto saya semasa ditanah mesir Sudut hidup sedikit bermakna dalam cinta, seperti dibakar api nyala, keraguan selalu bergelora dijiwa, manis yang rasa seperti semua telah pahit dirasa. Inilah kisah seorang...
![Luka dari Ibu Dunia](https://static.republika.co.id/files/themes/retizen/img/group/favicon-rep-jogja.png)
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/tgzxqo0beo-127.jpeg)
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250211212249-157.jpg)
Sudut hidup sedikit bermakna dalam cinta, seperti dibakar api nyala, keraguan selalu bergelora dijiwa, manis yang rasa seperti semua telah pahit dirasa. Inilah kisah seorang lelaki yang bernama Danis dalam alami sebuah cinta dengan Permatanya yang bernama Wardah. Aku adalah sahabat sejati Danis, ketika itu Danis jatuh luka maka cerita inipun mulai keluar dari mulut Danis ketika bercurahat masalah kepadaku, hingga aku tulis sebuah cerita ini dengan rasa penuh kedukaan dijiwa.
Awalku bertemu dengan Danis semasa itu Danis sudah pulang dari mesir, karena danis telah lulus disana, dan semasa Danis pulang masih saja cintanya berjalan dengan lancar dan manisnya cinta yang ia gemgamkan, tiga bulan setelah Danis pulang ditanah air maka cerita cinta yang pahitnyapun mulailah tiba.
dan aku ingin cerita semejak dari awal aku berbicara dengannya pada malam itu, kami berdua disebuah joglo di tengah petanian sawah padi dan cerita cinta dukapun mulai diungkapkan oleh Danis.
Kataku pada Danis, dari manakah kamu pertama kali bertemu dengannya?
Awal kali aku bertemu dengan Wardah adalah dimesir, semasa itu aku berkuliah sudah menjelang tahun 3, masa itu ada penerimaan mahasiswa baru disana, kebiasaan disana ketika bulan july mulai menerima mahasiswa baru, dan ketika itu aku dilatik sebagai penatia dalam menguruskan kegiatan Bantuan Mahasiswa baru, maka suaktu itu akulah yang menerimanya, dan aku juga sebagai kakak angkat baginya ketika disana, kata dari danis.
Maka aku bertanya lagi, bagai manakah perasaan kamu diawal kamu bertemu?
Maka Danis diam sekejap dan senyum manis disebelah bibirnya saat itu aku melihat wajah cukup bahagia dari Danis.
Dan kata lagi danis padaku .
Awal kali aku bertemu dengan Wardah, jujur dihatiku mulai berbicara seperti aku bertemu dengan bidadari yang berpuluhan tahun aku menunggu, seumpa hatiku berbelah dan membagi cinta kepadanya, bergetar dijiwaku tidak bisa aku mengonterolkan segalanya, hanya ku bisa berkata, inilah wanita yangku cari-cari berpuluhan tahun tidak berjumpa, tetapi hari ini telahpun datang berada dihadapan mata.
Danis berkata lagi ..
itulah awal kali aku bertemunya, dan pertanyaan awalku kepadanya siapakah nama anda?
Jawa oleh wanita itu saya wardah, aku mendengar suaranya ikhlas aku bercerita, suara seumpama burung berteriak mengulik aku tidur diwaktu aku berputus asa, suara membangkit segala rasa yang tidak pernah ku ada, hingga timbul kemanisan dijiwa dengan suara yang indah lagi merdu, suara seperti gelombang menikam tebing dengan halusan, suara seperti aku berada digunung pada malam hari, suara yangku yakin tidak pernah bosan.
Kata Danis dengan ucapan yang halus, sambil senyum yang ku takpernah melihat danis senyum seperti itu.
Maka Danispun mulai bercerita panjang padaku, dari awal dia bertemu dan melihat wajah tampak cantik, wajah bergaya ratu yang memakai mahkota dikelilingi dengan batu jerlima, sungguh indah dan cantik, dengan warna kulit yang tidak begitu cerah, dan bukan juga gelap, senyumannya bisa meruntuh jiwaku hanyut dalam khayalan, suara yang indah seperti datang dari deru hujan. Tapi saat itu Sedikit saja aku berbicara dengannya, karena masih banyak mahasiswa yang harus aku wawancara, tetapi setelah dari aku wawancara dengan wardah semua gambaran mahasiswa lain hanya terlekat wajahnya dimata, walau tidak sampai sekalipun dua menit aku berbicara dengannya, tetapi semua seperti tiba dalam jiwa dengan izin dariku.
Setelah dari kegiatan itu maka itulah awal aku mulai mendekatinya, untuk memperoseskan perkuliahannya, padahal itu hanya alasan kecil bagiku, tetapi alasan besar adalah aku ingin bersua muka dengannya, ingin melihatnya, ingin mendengar suaranya, hampir tiga bulan atas bertutup rasaku padanya, maka pada hari itu aku mulai berani untuk berkata padanya, bahwa aku sudahpun jatuh cinta, saat itu jujur aku dingin seluruh tubuh padahal aku dibawah matahari tanpa teduhan dari pepohon yang beratappun.
Wardah, ada sedikit aku ingin ucap padamu, saat ini hatiku sudah penuh dengan cintamu, kata sambil maluku, tetapi perkataanku jujur dari hati yang terdalamku.
Maka jawab wardah dengan sedikit kata, terima kasih, Dan kata lagi oleh Wardah dengan jujur hatinya, Cinta saja kita dari hati dan berdoa saja kita agar dijodohi, tetapi saya maaf Danis jika dengan berpacaran saya tidak bisa.
Maka aku hanya memberi senyum padanya dan aku pergi.
Maka itulah yang membuat aku menarik dengan wanita ini atas solehahnya, walau tidak bisa berpacaran atas mendasarkan hukum agama, tetapi jatuh cinta yang berbatasan tidak membawa kepada kemaksiatan tidak pernah larang dari agama, maka terus aku jatuh padanya tidak pernah aku berputar balik perasaan ku ini hingga saatnya tuhan mengizinkan kami dalam ijab qabul dan barokah.
Dan lama kelamaan kami hanya bertemu dan berbicara seperti biasa, dan juga dalam massag aku terus berbicara samanya, dan kami saling berukar masalah, saling memberi semangat. Hampir tiga tahun akupun dah lulus pengajian dan suatu itu wardah masih perkuliahannya tahun ketiga, maka aku membuat putusan untuk inginpulang ketanah air bukan dalam keadaan ziarah tapi pulang selamanya. Maka aku berceritalah pada Wardah bahwa aku ingin pulang dan pada saat itu juga akupun bercerita bahwa aku sudah ingin berkeluarga, dan hari itu membuat langit yang telah cerah bagiku, tetapi berbuka cerahlagi hingga sedikitpun awan hitam tidak tiba, karena jawaban dari Wardah sanggup dan dia juga ingin bersamaku, ingin berumah tangga denganku, dan wardahpun buat keputusan untuk pulang juga ia ketanah air menziarahi tanah air dan untuk menguruskan biar lebih menjadi jelas cinta yang kami saling merasa ini.
Maka pulanglah kami, maka cerita inipun mulai menjadi sebaliknya yang kami pernah alami ditanah mesir sana, aku baru taupun bahwa orang tuanya adalah imam disatu kampung halaman, dan orang tuanya juga adalah irang yang terhormat dikampung itu, aku baru tau bahwa orang tuanya adalah orang berpangkat, orang berilmuan, orang yang bertahta agung di kampung itu, saat aku sampai dirumah akupun bercerita pada orang tuaku bahwa aku ingin menikah aku ingin berumah tangga, maka kata ibuku silahkan, jika itu kehandakku, jika itu inginanku, jika semua aku telah meniliti dengan baik maka orang tuaku izinkan, maka tanyalah orang tuaku bahwa siapa yang aku ingin menikah itu? ..
Jawabku padanya. Wardah dan berceritaku pada orang tuaku bahwa wardah adalah wanita yang salehah lagi bijak sana, Kata orang tuaku baiklah jika aku telah ada orang yang ku cinta, agar mudah dalam segala urusan tidak memberatkannya untuk mencari wanita-wanita lain.
Tiga bulan aku berada dirumah, maka pada hari itu aku dan keluargaku pergi kerumahnya, untuk pamarnya, sungguh bahagia pada hari itu, saat aku sampai kerumahnya aku berdiam diri dibelakang tiang tengah rumahnya dan orang tuaku sedang berbicara dengan orang tuanya untuk memamarkan anaknya, untuk menjadi satu keluarga, pada suatu aku pulang tiga bulan itu, hubungan aku berhenti sementara, karena aku ingin ketika memamarnya agar menjadi lebih romantis, itu dalam pikiranku disesuatu itu.
Sekitar satu jam orang tua kami berbicara saat itu keluargaku sudah ingin pulang, tetapi kami tidak dapat sedikitpun jawaban dan keluargaku tidak melihat lagipun wajah Wardah, karena wardah tidak keluar dari kamarnya, saat kami ingin melangkah kaki untuk pulang, maka tibalah jawaban dengan sopan oleh orang tuanya, bahwa Wardah sudah ada yang masuk minta untuk menikah dan diberi jawab dengan jelas bahwa semua telah direncanakan bahwa seminggu lagi akan mengadakan kenduri walimah, saat itu jujur hati ku patah, tetapi aku tidak menangis karena masih dirumahnya, seperti semua rebah ditikam badai yang kuat hingga hancur segalanya, separuh mati aku pada saat itu, jika aku bisa berkata pada sesuatu itu, aku ingin memanggil ucapannya padaku saat masih ditanah mesir, tetapi semuapun sudah terlambat, seperti aku harus terima segala dengan kelukaan yang begitu manis yang aku gariskan, dilangkah oleh sesuatu yang menjadi aku hening dalam keadaan luka yang aku tidak pernah rasa seumur hidupku, tetapi aku katakan pada hatiku saat itu taqdir semua telah digariskan pada lauhil-mahfuz, tetapi luka dijiwaku tidak semudah itu menghapuskannya, walau aku dah terima atas segalanya. Tetapi aku ingin juga memperobati jiwa yang sedang timpa luka berat ini, dan kata orang tuanyalagi pada saat aku masih menjatuh luka air mata mengalir dijiwa bukan lagi dimataku pada saat itu, mengajak aku untuk datang pada hari pernikahan anaknya, maka aku angguk kepalaku, dan aku tidak berkata apapun, maka pulanglah aku pada rumahku.
Dan Danis berkata padaku, itulah awal kali yang aku merasa patah dalam sebuah cinta, dan akhir sekali aku tau bahwa Wardah telah bercerita bahwa sudah ada aku, tetapi atas kepaksaan orang tuanya, karena lelaki itu alim dan berpangkat dan kaya raya, orang berbudaya adat berbahasa, itulah asbab, karena sungguh aku miskin dan tidak seindahelaki itu, aku tidak sealim itu, tetapi aku memiliki hati yang tulus pada anaknya, tetapi semuapun telah berakhir dan hati juga tidak bisa sekalipun membeli harta dan segalanya.
Inilah semua cerita yang telah diceritakan oleh Danis, luka tetapi tetap bersemangat, wanita hanya bisa mematahkan, atau kekuarganya bisa merusakan, tapi maaf aku tidak semudah itu, dan aku mengerti bahwa aku bukan sehebat apapun, aku tidak seindah yang mereka ingin, tetapi aku tetap cinta padaku, tidak melepaskan aku mati dalam sebuah cinta yang telah disakiti orang, aku bangkit dan terus bangkit dalam keadaan kuat kembali, dan aku tidak ingin mereka menyesali dihari nanti, tetapi yang jujur dari isi hati ku, terimakasih, yang sudah membuktikan padaku bahwa cinta itu bukan hati, dari sebelah yang menginginkan harta, jika dari hati hanya mereka yang memgerti harta bahwa itu adalah dunia tetapi bukan bahagia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.