Marahlah Pak Pres, Saatnya Persebaya Kembali Menapak Tanah

Marahlah Pak Pres, Saatnya Persebaya Kembali Menapak Tanah. ????Kalah berturut-turut dalam empat pertandingan terakhir Liga 1 Musim 2024-25 membuat kemarahan Presiden Persebaya Surabaya Azrul Ananda meledak di sejumlah akun media sosial resmi Persebaya. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Marahlah Pak Pres, Saatnya Persebaya Kembali Menapak Tanah

Kalah berturut-turut dalam empat pertandingan terakhir Liga 1 Musim 2024-25 membuat kemarahan Presiden Persebaya Surabaya Azrul Ananda meledak di sejumlah akun media sosial resmi klub tersebut.

“Kami sudah tidak lagi kecewa. Kami sudah pada level menahan kemarahan. Beberapa pemain yang seharusnya menjadi leader di tim ini performanya sangat mengecewakan. Malah seolah menjadi beban. Mereka terlena. Tim ini seperti kehilangan soul-nya.”

Kendati menurut situs resmi Persebaya, klub berjuluk Bajul Ijo itu menguasai 59 persen pertandingan, gawang Ernando Ari mudah saja dibobol Matías Mier pada menit 8, 23, dan 90+5. Kekalahan 0-3 dari Barito Putera dalam pertandingan tertutup di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (25/1/2025) itu pun membuat posisi Persebaya melorot satu setrip ke peringkat ketiga klasemen sementara.

Setelah selama beberapa pekan menguasai puncak klasemen Liga 1, Persebaya kini terpaut enam poin dengan Persib Bandung yang sudah mengemas 43 angka. Persija Jakarta meramaikan pacuan menuju juara di posisi kedua.

Ini baru pekan ke-20. Liga 1 masih menyisakan 14 pekan lagi, dan Persebaya akan memainkan tujuh laga kandang di Gelora Bung Tomo Surabaya.

Normalnya, Gelora Bung Tomo adalah tempat yang sempurna untuk meraih kemenangan demi kemenangan. Dukungan puluhan ribu Bonek seharusnya bisa mendongkrak semangat anak-anak asuh Paul Munster.

Namun kekalahan empat kali berturut-turut membuat Persebaya seperti terjebak dalam lubang hitam yang mengisap apa saja, terutama mentalitas pemain sehingga susah bangkit. Kekalahan berturut-turut memunculkan kepanikan dan kebingungan. Juga kemarahan sebagaimana diletupkan Azrul Ananda.

***

Pertanyaan pertama yang muncul: apa yang salah dari tim ini. Persebaya mendatangkan dua pemain asing baru pada jendela transfer jelang putaran kedua. Dime Dimov dari Makedonia Utara mengisi posisi bek dan Dejan Tumbas memperkuat lini depan.

Namun sejak keduanya diturunkan dalam pertandingan menghadapi PSS Sleman pada pekan ke-18, Persebaya hanya mencetak satu gol (itu pun melalui eksekusi penalti Bruno Moreira) dan kebobolan delapan gol.

Paul Munster seperti kehilangan sentuhan magis di putaran pertama, saat taktik pragmatisnya membawa lima kemenangan berturut-turut. Dalam empat pertandingan terakhir, para pemain Persebaya tidak cukup kreatif untuk menjebol gawang lawan. Padahal saat menghadapi Bali United dan PSS Sleman, mereka praktis menguasai pertandingan jika ditinjau dari statistik resmi.

Absennya Francisco Rivera karena cedera (?), sedikit banyak mempengaruhi permainan Persebaya. Pemain asal Meksiko itu memang tampil tak terlampau menawan pada awal musim. Bahkan cenderung dianggap flop oleh Bonek.

Namun berikutnya, kian hari Rivera makin berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi Persebaya. Tanpa mantan pemain Madura United itu, Persebaya tumbang berkali-kali. Rivera yang cenderung pendiam di lapangan melengkapi Bruno Moreira yang cerewet. Keduanya bermain atraktif dan bisa memunculkan daya kejut terhadap lawan.

Kekecewaan Azrul terhadap ‘beberapa pemain yang seharusnya menjadi leader di tim ini…(yang) malah seolah menjadi beban’ menunjukkan ada persoalan di kamar ganti yang harus diselesaikan oleh Munster. Dalam situasi seperti ini Munster tidak boleh kehilangan kendalinya. Kunci kekuatan pelatih adalah kontrol terhadap tim.

Apa yang dialami Munster sama persis dengan apa yang dialami Ange Postecoglou, manajer Tottenham Hotspur yang menderita empat kekalahan beruntun dalam Liga Primer Inggris 2024-25. Spurs kini berada di posisi ke-15, terpaut delapan angka dari zona degradasi.

Postecoglou mengaku sangat terluka dengan kondisi timnya. Namun pelatih asal Australia itu menolak untuk menyalahkan pemain atau pihak lain saat diwawancarai Sky Sports usai kekalahan 1-2 dari Leicester di kandang sendiri, 26 Januari 2025.

“Para pemain memberikan segalanya yang mereka bisa. Hanya itu yang bisa kami minta sebagai klub sepak bola dan sebagai manajer. Mereka berusaha sekuat tenaga dan itulah yang bisa diminta semua orang,” kata Postecoglou.

Pep Guardiola, manajer Manchester City, juga menilai tak ada gunanya menyalahkan pemain secara terbuka di hadapan media massa. “Jika kami kalah dalam sebuah pertandingan dan saya menghadiri konferensi pers dan saya berkata: ‘kami kalah karena pemain itu, atau pemain itu, atau pemain itu’, apakah kemudian saya menang? Pemain tahu kalau mereka melakukan kesalahan,” katanya.

***

Desakan untuk memecat Munster mulai terdengar. Tentu saja pertanyaannya: apakah pergantian pelatih akan memperbaiki keadaan. Bukan sekali ini saja Persebaya berada dalam situasi ‘do-or-die. Pecat pelatih atau gagal.

Namun beberapa kali pengalaman menunjukkan, pergantian pelatih di tengah musim tak banyak membawa hasil, selain malah membuat pengeluaran finansial klub makin membengkak.

Lagi pula, Persebaya saat ini dalam posisi yang tak memiliki preseden selama berpartisipasi dalam Liga 1. Kendati dihajar kekalahan berturut-turut, Persebaya masih berada di posisi ketiga teratas klasemen dan peluang untuk menjadi juara belum sepenuhnya tertutup. Ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya, saat kekalahan berturut-turut membuat Persebaya terancam terdegradasi atau berada di papan bawah.

Dalam situasi ini, pemecatan Munster tidak menjamin perbaikan performa Persebaya. Pemilihan pelatih baru pun tak mudah. Tak banyak pelatih bagus yang tersedia, mengingat sejumlah pelatih yang ada juga menganggur karena diberhentikan oleh klub sebelumnya.

Pelatih baru dituntut cepat beradaptasi dengan para pemain dan karakter mereka. Di tengah tekanan Bonek yang semakin menguat, tidak mudah bagi seorang pelatih untuk beradaptasi dan mengakhiri rantai kekalahan dengan kemenangan. Wolfgang Pikal yang berpengalaman menangani tim nasional Indonesia sebagai asisten Alfred Riedl hanya bertahan dua bulan di Persebaya pada 2019.

Sementara itu pernyataan Azrul menandakan bahwa problem Persebaya bukan pada pelatih, melainkan pemain. Ini artinya persoalan di Persebaya sudah bisa diidentifikasi. Tinggal bagaimana manajemen menyelesaikan problem itu tanpa membuat mental pemain semakin terpuruk karena merasa dijadikan kambing hitam.

***

Kunci untuk menyelesaikan persoalan adalah jangan panik. Kepanikan hanya akan membuat seseorang keliru menilai dan salah mengambil keputusan.

Badai pasti berlalu. Ini hanya masalah momentum. Hal terpenting saat ini adalah merawat keyakinan dan harapan. Kekalahan berturut-turut memang bikin frustrasi, namun tidak boleh mematikan asa.

Saat Manchester City gagal meraih kemenangan beruntun, Pep Guardiola menegaskan kembali perlunya keyakinan bahwa mereka masih tetap dalam permainan. “Jangan berpikiran negatif saat kebobolan,” katanya.

Ini tak hanya berlaku untuk pemain, tapi juga fans. Artikel berjudul ‘How to Break A Losing Streak‘ yang dimuat The Economist, 22 Desember 2023, menyarankan para penggemar untuk merespons kekalahan demi kekalahan dengan cara menikmati perjalanan klub hingga akhir musim.

***

Suporter memiliki posisi penting untuk mengembalikan optimisme tim, karena merekalah satu-satunya pihak yang tidak akan kehilangan apapun saat sebuah tim kalah. Pemain dan pelatih terancam kehilangan pekerjaan saat sebuah tim gagal, dan mereka bisa jadi akan pergi pada musim berikutnya.

Namun suporter, fans, atau apapun namanya akan selalu ada di stadion. Dalam situasi baik dan buruk. Kemenangan dan kekalahan hanya soal perputaran nasib. Satu-satunya kehilangan yang mereka rasakan adalah jika mendadak tim yang mereka dukung bangkrut dan membubarkan diri. Atau dipaksa bubar. Bonek pernah mengalami situasi ini.

Sadar dengan pentingnya posisi suporter untuk membangkitkan moral tim, Postecoglou menyuarakan permohonannya terhadap fans Spurs. “Kami membutuhkan fans saat ini untuk menciptakan sebuah atmosfer pertandingan sebagaimana saat menghadapi Liverpool. Pemain memberikan segalanya, itu yang perlu diketahui semua orang,” katanya.

***

Mungkin, cara termudah untuk merawat harapan adalah kembali mengingat target atau obyektif awal sebelum musim 2024-25 bergulir.

Azrul menyadari musim ini tidak akan mudah, dan tidak lagi menebar janji untuk mengangkat trofi. “Cobaan-cobaan akan terus ada, tidak ada kemenangan yang diraih dengan mudah. Tidak ada jalan pintasnya. Nawaitu tim ini selalu sama, menuju yang terbaik. Kita akan selalu berusaha. Dengan cara yang baik dan benar,” tulisnya dalam esai yang ditayangkan di situs pribadinya, Happywednesday, 17 Juni 2024.

Mungkin kita perlu belajar Pep Guardiola dalam merespons periode sulit Manchster City. Menurutnya, periode sulit dibutuhkan oleh sebuah klub sepak bola. “Untuk menyadari apa yang telah kami lakukan dan bangun untuk masa depan.”

Dengan kata lain: mari kembali menapak tanah. Persebaya belum sempurna. [wir]