Mayoritas Pengguna Paylater dari Jawa Barat

Data terbaru PT Pefindo Biro Kredit menunjukkan mayoritas pengguna paylater dari Jawa Barat. Berikut penjelasan Buy Now Pay Later (BNPL).

Mayoritas Pengguna Paylater dari Jawa Barat

TEMPO.CO, Jakarta - PT Pefindo Biro Kredit mengungkapkan data terbaru yang menunjukkan bahwa mayoritas pengguna layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau berasal dari Jawa Barat. Layanan ini, yang semakin populer di kalangan masyarakat, mencatat jumlah pengguna mencapai 16,4 juta debitur dengan total 48,4 juta akun per November 2024. Dari jumlah tersebut, sebanyak 27,87 persen pengguna merupakan penduduk Jawa Barat.

Corporate Secretary Pefindo Biro Kredit, Juni Hendry, menjelaskan bahwa Jawa Barat menempati posisi teratas dalam daftar provinsi dengan pengguna paylater terbanyak. Sementara itu, posisi kedua ditempati oleh Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 13,81 persen dari total pengguna.

Provinsi lainnya yang memiliki jumlah pengguna signifikan adalah Jawa Tengah (12,45 persen), diikuti oleh DKI Jakarta (11,83 persen). Banten mencatat persentase pengguna sebesar 7,62 persen, sedangkan wilayah-wilayah lainnya seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, dan Sulawesi Selatan masing-masing menyumbang 4,16 persen, 3,02 persen, 2,55 persen, dan 2,36 persen.

Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), Tan Glant Saputrahadi, menyatakan bahwa layanan paylater saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, khususnya di kalangan generasi muda seperti dan milenial.

Menurutnya, banyak dari mereka yang bahkan menggunakan layanan ini untuk kebutuhan sehari-hari yang sifatnya sekunder maupun primer. “Misalnya, untuk membeli kopi atau barang-barang hobi, mayoritas Gen Z dan milenial lebih memilih menggunakan layanan paylater melalui QRIS paylater. Ini menunjukkan bahwa paylater sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dalam kehidupan sehari-hari,” kata Glant di Kantor Pefindo, Jakarta Selatan, Kamis, 16 Januari 2025.

Glant juga mengungkapkan bahwa penetrasi geografis pengguna paylater saat ini masih sangat terkonsentrasi di Pulau Jawa, terutama di wilayah Jabodetabek. Jabodetabek sendiri memiliki pangsa pasar sebesar 31,71 persen. Dari sisi pola penggunaan, transaksi terbesar berasal dari kategori “kebutuhan lainnya” yang mencakup 41,9 persen dari total transaksi. Selain itu, pembelian di platform e-commerce menyumbang 33 persen transaksi, sementara 21,1 persen digunakan untuk pembelian tiket perjalanan.

Apa Itu Paylater?

Paylater merupakan salah satu opsi pembayaran yang memberikan fleksibilitas bagi penggunanya. Layanan ini memungkinkan individu untuk menunda pembayaran atau berhutang dengan kewajiban melunasi pada waktu yang telah ditentukan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), paylater menjadi sangat populer karena memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan tanpa harus membayar secara langsung.

Dalam beberapa tahun terakhir, paylater telah mengalami pertumbuhan pesat dan menjadi fitur yang hampir selalu tersedia di berbagai platform pembayaran digital. Popularitas layanan ini tidak terlepas dari sejumlah keunggulan yang ditawarkannya, seperti kenyamanan bertransaksi, promosi menarik, serta cashback yang menggiurkan. Selain itu, paylater juga dianggap sebagai solusi finansial bagi masyarakat yang membutuhkan dana tambahan, terutama pada saat-saat tertentu seperti menjelang akhir bulan sebelum gajian tiba.

Layanan ini juga memungkinkan masyarakat untuk tetap memenuhi kebutuhan mereka meskipun kondisi keuangan sedang tidak ideal. Dengan teknologi yang terus berkembang, paylater memberikan pengalaman belanja yang lebih mudah, nyaman, dan tanpa uang tunai. Inovasi ini membantu meningkatkan inklusi keuangan sekaligus memberikan masyarakat akses lebih luas terhadap berbagai produk dan layanan.

Dirut Tan Glant Saputrahadi menekankan bahwa layanan paylater kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup generasi muda. Gen Z dan milenial mendominasi jumlah pengguna layanan ini, dengan preferensi mereka yang tinggi terhadap transaksi digital.

“Layanan paylater mempermudah mereka untuk mendapatkan barang atau layanan yang diinginkan tanpa harus langsung membayar dalam jumlah penuh. Bahkan barang dengan harga Rp100 ribu pun seringkali mereka cicil karena dianggap lebih praktis,” ujarnya.

Di samping itu, data Pefindo juga menunjukkan bahwa mayoritas transaksi menggunakan paylater dilakukan untuk kategori kebutuhan yang tidak mendesak atau sekunder. Hal ini mencerminkan pergeseran pola konsumsi masyarakat yang semakin nyaman dengan konsep berbelanja berbasis kredit.

Melihat tren yang ada, layanan paylater diprediksi akan terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Dengan penetrasi yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, ada potensi besar untuk memperluas layanan ini ke wilayah-wilayah lain di Indonesia. Selain itu, dengan terus meningkatnya adopsi teknologi digital, semakin banyak masyarakat yang akan mengandalkan paylater sebagai solusi pembayaran mereka.

Kayla Najmi Ihsani dan Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor: