Perjalanan panjang Nike menuju kejayaan di dunia olahraga

Industri brand olahraga tentunya tidak jauh dengan brand asal Amerika Serikat yang satu ini, yaitu Nike. Brand olahraga ...

Perjalanan panjang Nike menuju kejayaan di dunia olahraga

Jakarta (ANTARA) - Industri brand olahraga tentunya tidak jauh dengan brand asal Amerika Serikat yang satu ini, yaitu Nike. Brand olahraga ini telah memiliki nama besar sebagai alat dan atribut pendukung perlengkapan berbagai jenis olahraga. Tidak hanya itu, Nike juga telah merambah dunia Lifestyle sebagai brand Fashion yang paling tersohor di dunia.

Perusahaan ini dikenal dengan inovasi produk serta strategi pemasaran yang cerdas, yang membuatnya tetap relevan di tengah persaingan industri yang ketat.

Dengan produk-produk ikonik seperti Air Jordan, Air Force 1, dan berbagai model "Air" lainnya, Nike terus mendominasi pasar global. Selain itu, merek Converse, yang terkenal dengan logo Chuck Taylor All Stars, telah menjadi bagian dari Nike sejak akuisisi pada tahun 2003.

Pencapaian tersebut tentunya tidak diraih dengan cara singkat. Nike memiliki sejarah panjang yang membentuknya hingga sekarang.

Awal mula pendiriannya

Cikal bakal Nike berawal pada tahun 1962, ketika Phil Knight, seorang mantan atlet lari dari Universitas Oregon, melakukan perjalanan ke Jepang dan menemukan pabrik Onitsuka (sekarang Asics). Terpesona dengan kualitas dan efisiensi produksinya, Knight kemudian menjalin kesepakatan untuk mendistribusikan sepatu Onitsuka Tiger di Amerika Serikat.

Pada tahun 1964, Knight bersama mantan pelatihnya, Bill Bowerman, mendirikan perusahaan bernama Blue Ribbon Sports (BRS). Produk pertama mereka yang terkenal adalah Tiger Cortez, yang diperkenalkan pada tahun 1967.

Baca juga:

Namun, kemitraan dengan Onitsuka berakhir pada tahun 1971, yang kemudian mendorong mereka untuk menciptakan merek baru bernama Nike, yang diambil dari nama dewi kemenangan dalam mitologi Yunani.

Pada tahun yang sama, logo khas "swoosh" dirancang oleh Carolyn Davidson, seorang mahasiswa desain di Universitas Portland, dengan bayaran awal hanya $35, meskipun ia kemudian diberikan 500 saham Nike pada tahun 1983 sebagai bentuk penghargaan.

Era kejayaan: Kesuksesan Air Jordan dan ekspansi global

Nike mulai go public pada tahun 1980, tetapi terobosan besarnya terjadi pada tahun 1984 ketika mereka menandatangani kontrak dengan rookie NBA, Michael Jordan. Dengan nilai kontrak $2,5 juta selama lima tahun, Nike meluncurkan sepatu Air Jordan, yang langsung mendapat sambutan luar biasa.

Sepatu ini sempat dilarang oleh NBA karena tidak memenuhi standar seragam liga, namun Nike memanfaatkan kontroversi ini sebagai strategi pemasaran. Kampanye yang menyatakan bahwa "NBA tidak bisa melarang Anda memakainya" membuat penjualan Air Jordan melonjak hingga mencapai $70 juta dalam dua bulan pertama. Pada akhir 1985, pendapatan Nike melebihi $100 juta.

Kesuksesan ini tidak hanya mengangkat pamor Nike dalam industri olahraga, tetapi juga memunculkan fenomena "sneaker culture." Air Jordan menjadi simbol gaya hidup, sejarah, dan komunitas, serta menjadi barang koleksi bernilai tinggi. Beberapa pasang Air Jordan bahkan terjual hingga $1,8 juta di lelang pada tahun 2023.

Baca juga:

Ekspansi dan diversifikasi produk

Seiring pertumbuhannya, Nike memperluas lini produknya dan melakukan berbagai akuisisi strategis, di antaranya:

  • 1988: Akuisisi Cole Haan (dijual pada 2012)
  • 1990: Peluncuran gerai ritel NikeTown
  • 1994: Akuisisi Canstar Sports (induk Bauer, dijual pada 2008)
  • 1996: Pembentukan Nike ACG untuk produk olahraga ekstrem
  • 2003: Akuisisi Converse
  • 2008: Akuisisi Umbro (dijual pada 2012)
  • 2014: Peluncuran NikeLab untuk inovasi produk

Nike juga mulai memasuki industri teknologi olahraga dengan merilis monitor detak jantung portabel, kompas pergelangan tangan, serta aplikasi kebugaran yang dirancang untuk membantu para atlet dan pengguna umum dalam menjalani gaya hidup sehat.

Strategi pemasaran dan keunggulan kompetitif

Kesuksesan Nike tidak lepas dari strategi pemasaran yang inovatif dan fokus pada pelanggan. Filosofi "Just Do It", yang diperkenalkan pada tahun 1988, bukan hanya sekadar slogan, tetapi menjadi cerminan semangat kerja keras dan ketekunan, yang berlaku tidak hanya dalam olahraga tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca juga:

Beberapa faktor utama yang mendukung keunggulan Nike antara lain:

  • Pemasaran inovatif: Kampanye yang menggugah emosi dan sering kali menyentuh isu-isu sosial, seperti kesetaraan gender dan perjuangan atlet perempuan.
  • Kualitas dan gaya: Nike terus berinovasi dalam desain dan teknologi sepatu, dengan setiap produk yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik olahraga tertentu.
  • Fokus pada konsumen: Investasi dalam pengalaman belanja digital dan personalisasi produk untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
  • Ekspansi strategis: Akuisisi perusahaan dan diversifikasi produk untuk memperluas cakupan pasar.

Kontroversi dan tantangan

Seiring pertumbuhannya, Nike juga menghadapi berbagai kontroversi. Pada 1990-an, perusahaan ini mendapat kritik keras karena kondisi kerja yang buruk dan upah rendah di pabriknya di Indonesia. Nike merespons dengan menetapkan kode etik pabrik dan meningkatkan standar lingkungan kerja.

Nike juga tidak segan untuk mengambil langkah kontroversial dalam pemasaran. Pada 2018, kampanye "Just Do It" menampilkan Colin Kaepernick, mantan pemain NFL yang dikenal karena protes terhadap ketidakadilan sosial. Meskipun menuai kritik dari beberapa kalangan, kampanye ini justru sukses besar di pasar utama Nike, khususnya di segmen anak muda.

Nike telah berkembang jauh dari asalnya sebagai distributor sepatu Onitsuka Tiger menjadi pemimpin global dalam industri olahraga dan gaya hidup. Dengan inovasi produk, pemasaran yang cerdas, serta kemampuannya untuk tetap relevan dalam budaya populer, Nike terus mempertahankan posisinya sebagai merek yang menghubungkan atlet terbaik dunia dengan konsumen sehari-hari.

Dari atlet profesional hingga penggemar mode, Nike tetap menjadi simbol kualitas, inovasi, dan semangat kompetitif yang melampaui batas olahraga.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025