Perubahan Iklim Berisiko Picu Peningkatan Wabah Salmonella

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menurut studi terbaru dari University of Surrey Inggris, pemanasan global dinilai berisiko memicu peningkatan wabah Salmonella yang lebih luas. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Infection menunjukkan...

Perubahan Iklim Berisiko Picu Peningkatan Wabah Salmonella

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menurut studi terbaru dari University of Surrey Inggris, pemanasan global dinilai berisiko memicu peningkatan wabah yang lebih luas. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Infection menunjukkan kombinasi faktor cuaca tertentu dapat menciptakan lingkungan ideal bagi penyebaran bakteri ini.

Studi ini menemukan suhu udara di atas 10 derajat Celsius, kelembapan tinggi, titik embun antara 7-10 derajat Celsius, serta durasi siang lebih panjang (12 sampai 15 jam) merupakan faktor utama yang memicu peningkatan kasus Salmonella. Bakteri Salmonella adalah salah satu penyebab utama keracunan makanan. Bakteri ini hidup di usus hewan dan manusia, serta dapat mencemari makanan jika tidak dimasak atau ditangani dengan baik.

“Studi ini menyoroti bagaimana cuaca memainkan peran penting dalam dan bisa menjadi alat penting untuk memprediksi risiko di masa depan. Ini juga dapat membantu merancang strategi pencegahan yang lebih efektif dalam menghadapi perubahan iklim,” kata peneliti, dr Laura Gonzalez Villeta seperti dilansir laman Study Finds, Selasa (4/2/2025).

Para peneliti menganalisis 144.703 yang dikonfirmasi di Inggris dan Wales (2000–2016) menggunakan data dari UK Health Security Agency. Mereka mengamati waktu terjadinya wabah dalam kaitannya dengan 14 faktor cuaca yang berbeda untuk memahami pola penyebaran bakteri ini.

Model tersebut kemudian divalidasi dengan data dari Belanda, yang menunjukkan bahwa metode ini dapat diterapkan di negara-negara Eropa berpenghasilan tinggi lainnya. “Model yang kami gunakan menunjukkan hasil yang konsisten di Inggris, Wales, dan, secara independen, di Belanda. Ini menunjukkan potensi penerapan yang lebih luas di negara-negara Eropa dan negara-negara berpendapatan tinggi lainnya untuk membantu memperoleh wawasan baru tentang insiden Salmonella,” kata Gonzalez Villeta.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya mempertimbangkan faktor cuaca secara terpisah, studi ini menggunakan conditional incidence model yang memperhitungkan interaksi antara berbagai kondisi cuaca secara bersamaan.

Faktor cuaca yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kasus Salmonella adalah suhu yang lebih tinggi, kelembaban yang meningkat, penurunan curah hujan, serta durasi siang yang lebih panjang. Sementara itu, perubahan tekanan udara, kecepatan angin, amplitudo suhu, dan durasi sinar matahari tidak memberikan dampak signifikan dibandingkan suhu dan panjangnya siang hari.

Selain itu, para peneliti mencatat bahwa potensi peningkatan Salmonella tidak bergantung pada lokasi geografis. Penelitian ini menunjukkan bahwa dapat semakin meningkatkan risiko wabah Salmonella.

Namun, para peneliti mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian di berbagai zona iklim, seperti wilayah tropis, untuk memastikan bagaimana faktor lingkungan memengaruhi bakteri di bagian lain dunia. “Akan menarik untuk menyelidiki hal ini di wilayah dengan karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi yang sangat berbeda, seperti negara-negara tropis,” ujar peneliti.