Peternak gunakan "close house" jaga kesejahteraan sapi perah
Peternak sapi perah di Dusun Suruhgalih, Desa Pucangsari, Purwodadi, Jawa Timur menggunakan metode kandang close house ...
![Peternak gunakan](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/12/1000231846.jpg)
Jakarta (ANTARA) - Peternak sapi perah di Dusun Suruhgalih, Desa Pucangsari, Purwodadi, Jawa Timur menggunakan metode kandang close house untuk menjaga kesejahteraan sapi agar bisa menghasilkan susu berkualitas.
Kandang close house merupakan kandang tertutup berukuran cukup besar dengan udara pendingin, biasanya close house bisa menampung belasan sapi perah.
Hal ini karena sebagian besar jenis sapi yang diternakkan para peternak adalah Friesian Holstein yang biasa hidup di udara dingin di Belanda.
Baca juga:
Salah satu pemilik kandang sapi perah dengan metode close house Anton (54) mengatakan dengan kandang close house, sapi bisa lebih nyaman dan minim stres karena tidak kepanasan, sehingga produk susu yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas.
“Dari 12 sapi, bisa menghasilkan 175 liter susu sehari dalam dua kali pemerahan pagi dan sore, satu sapi 17,5 liter dari sebelumnya 10 liter,” kata Anton kepada awak media, Rabu.
Anton mengatakan sejak menggunakan metode kandang close house tahun 2023, susu sapi yang dijualnya juga mendapatkan harga yang lebih baik, dari Rp 7.000 menjadi Rp 7.200 per liternya.
Baca juga:
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2025/02/12/1000231847.jpg)
Keuntungan lainnya menggunakan close house adalah sapi betina lebih cepat hamil ketika inseminasi dilakukan. Kandang ini juga lebih bersih, tidak menyebabkan bau menyengat dan tidak ada lalat di dalamnya.
Rata-rata suhu udara kandang close house berkisar antara 23 derajat dengan kelembapan 88 gram per meter kubik.
Pembuatan kandang close house diperkirakan mencapai Rp30 juta, namun sebanding dengan hasil produksi susu yang dinikmati peternak yang bisa mendapatkan keuntungan.
Baca juga:
Selain Anton, peternak lainnya yang mengadopsi kandang close house adalah Gatot (58) yang baru membuat kandang tersebut tahun 2024. Manfaat yang sama juga didapat Gatot, dengan produksi susu bisa mencapai 15 liter susu, bahkan saat sapi telah melahirkan bisa sampai 20-25 liter per ekor.
Namun meskipun tidak dengan kandang “ber-ac” close house, tipe kandang dengan kipas angin juga bisa diterapkan untuk sama-sama menyejahterakan sapi agar nyaman.
Adalah Kamid (53) yang menggunakan kipas angin untuk kandang sapi ternak miliknya. Meskipun tidak dengan udara dingin, sapi perah milik Kamid tetap sehat dan terbukti dari kualitas susu sapi yang didapatkannya.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2025/02/12/1000231821.jpg)
Dari lima sapi perah bisa menghasilkan total 66 liter susu dengan masing-masing sapi menghasilkan sekitar 13,2 liter susu.
Ketiga kandang ini juga memiliki sistem pemberian air dan pakan yang terukur dengan baik sesuai dengan kebutuhan sapi, sehingga tidak lagi menggunakan sistem hanya dua kali pemberian makan. Air akan terisi sendiri jika sudah kosong dan pakan daun odot selalu ada dengan potongan yang lebih mudah dimakan sapi.
Semua hasil produksi susu dari ketiga peternak ini dikumpulkan ke kolektor susu Dusun Suruhgalih dari KUD Dadi Jaya untuk selanjutnya diberikan ke pabrik yang menjadi mitra KUD Dadi Jaya.
Dengan hasil yang dihitung diperkirakan bisa mencapai Rp 14 juta per bulan, membuat para peternak bisa meningkatkan kualitas hidupnya dari susu.
KUD Dadi Jaya memiliki sekitar 1.200 peternak dengan total 5.500 sapi termasuk 2.797 sapi perah, pedet (anak sapi), jantan dan dara. Sebanyak 25 ton susu bisa diproduksi KUD Dadi Jaya dari 16 titik penampungan susu sekitar Purwodadi.
Baca juga:
Pengelolaan limbah
Selain memiliki kandang yang bersih dan nyaman, pengelolaan kandang yang dilakukan Kamid, Anton dan Gatot di antaranya mengolah kotoran sapi menjadi biogas ramah lingkungan dan hemat biaya untuk kebutuhan memasak sehari-hari, dan vermikompos dari kotoran sapi yang dijadikan pupuk untuk menanam rumput odot di lahan masing-masing peternak.
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2025/02/12/1000231905.jpg)
Rumput ini akan menjadi pakan ternak yang lebih bergizi dengan kandungan air lebih sedikit serta pemanfaatan dari daun dan batang sehingga tidak ada pakan yang tersisa. Sehingga semua proses tidak ada yang terbuang atau menjadi limbah tidak berguna karena dari kandang kembali lagi ke kandang.
Baca juga:
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025