Daftar negara yang larang rakyatnya rayakan Hari Valentine
Hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari dirayakan sebagai momen untuk mengekspresikan kasih sayang di berbagai ...
![Daftar negara yang larang rakyatnya rayakan Hari Valentine](https://img.antaranews.com/cache/1200x800/2025/02/11/Permintaan-kue-bertema-hari-kasih-sayang-meningkat-110225-abs-3.jpg)
Jakarta (ANTARA) - Hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari dirayakan sebagai momen untuk mengekspresikan kasih sayang di berbagai belahan dunia. Namun, tidak semua negara menerima perayaan ini dengan tangan terbuka. Beberapa pemerintah bahkan menerapkan larangan dengan alasan tertentu, baik dari segi keagamaan maupun budaya.
Di beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim, perayaan ini dianggap bertentangan dengan ajaran Islam dan tradisi setempat.
Valentine dianggap bukan bagian dari budaya Islam, sehingga dirayakan secara luas dapat menimbulkan pergeseran nilai di masyarakat. Oleh karena itu, larangan sering kali diberlakukan untuk mencegah pengaruh budaya asing yang dinilai tidak sesuai.
Selain faktor agama, beberapa negara juga melarang Hari Valentine demi menjaga moral masyarakat. Mereka khawatir perayaan ini mendorong perilaku yang bertentangan dengan norma sosial dan adat yang sudah lama dijaga.
Berikut adalah beberapa negara yang diketahui secara tegas melarang perayaan Hari Valentine.
Baca juga:
6 Negara yang melarang perayaan Hari Valentine
1. Iran
Pada tahun 2011, pemerintah Iran secara resmi melarang produksi dan distribusi barang-barang yang berkaitan dengan Hari Valentine. Larangan ini didasarkan pada keyakinan bahwa perayaan tersebut merupakan pengaruh budaya Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang dianut di negara tersebut.
Sebagai alternatif, Iran memiliki tradisi kuno bernama Mehregan yang dirayakan sebelum masuknya Islam, yang menekankan pada persahabatan dan kasih sayang.
2. Arab Saudi
Di Arab Saudi, perayaan Hari Valentine dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Sebelum tahun 2016, pemerintah secara ketat melarang penjualan barang-barang yang berhubungan dengan Valentine, seperti bunga mawar merah dan pernak-pernik berwarna merah. Pemilik toko yang melanggar larangan ini berisiko menghadapi tindakan hukum.
Baca juga:
3. Pakistan
Pada tahun 2017, pemerintah Pakistan melarang perayaan Hari Valentine di tempat umum dan melarang media untuk meliput acara terkait. Larangan ini didasarkan pada anggapan bahwa perayaan tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam dan budaya setempat. Meskipun demikian, perayaan Hari Valentine tetap populer di kalangan generasi muda Pakistan.
4. Uzbekistan
Pada tahun 2012, Uzbekistan mulai melarang perayaan Hari Valentine. Pemerintah setempat menganggap perayaan ini sebagai tradisi Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan budaya lokal. Sebagai gantinya, mereka mendorong perayaan hari-hari yang lebih relevan dengan warisan budaya Uzbekistan.
5. Malaysia
Sejak tahun 2005, otoritas Islam di Malaysia telah mengeluarkan fatwa yang melarang perayaan Hari Valentine, menganggapnya sebagai perayaan yang dapat membawa dampak negatif. Pada tahun 2011, pihak berwenang melakukan penangkapan terhadap pasangan Muslim yang merayakan Valentine di hotel-hotel di Selangor dan Kuala Lumpur.
Baca juga:
6. Indonesia
Di Indonesia, meskipun tidak ada larangan resmi secara nasional, beberapa daerah khususnya di Aceh menentang perayaan Hari Valentine. Mereka berpendapat bahwa perayaan tersebut tidak sesuai dengan budaya dan ajaran Islam.
Beberapa pemerintah daerah dan institusi pendidikan mengeluarkan imbauan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak merayakan Hari Valentine.
Larangan-larangan tersebut mencerminkan upaya pemerintah dan otoritas setempat untuk menjaga nilai-nilai agama dan budaya dari pengaruh luar yang dianggap tidak sesuai.
Mereka menilai bahwa perayaan Hari Valentine bisa bertentangan dengan norma yang telah lama dijaga, sehingga berbagai aturan diterapkan untuk membatasi atau melarang perayaannya.
Meskipun demikian, di era globalisasi saat ini, Hari Valentine tetap mendapat tempat di hati sebagian masyarakat di negara-negara tersebut. Pengaruh media sosial dan budaya populer membuat generasi muda tetap merayakannya, meski dengan cara yang lebih terbatas atau secara sembunyi-sembunyi.
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025