Rupiah Menguat di Tengah Meredanya Kekhawatiran Perang Dagang Global
Rupiah berpotensi menguat sepanjang hari ini seiring langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda pengenaan tarif perdagangan terhadap Meksiko dan Kanada.
Nilai tukar rupiah menguat 0,28% ke level 16.306 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Rabu (5/2). Analis memperkirakan, rupiah berpotensi menguat sepanjang hari ini seiring langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda pengenaan tarif perdagangan terhadap Meksiko dan Kanada.
Mengutip data Bloomberg hingga pukul 09.25 WIB, rupiah pagi ini menguat bersama sejumlah mata uang Asia lainnya. Ringgit Malaysia menguat 0,31%, baht Thiland 0,03%, peso Filipina 0,4%, won Korea Selatan 0,15%, dolar Taiwan 0,33%, dolar Singapura 0,03%, dan yen Jepang 0,65%. Sedangkan dolar Hong Kong dan yuan Cina melemah 0,01% dan 0,52%.
“Rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang melemah oleh meredanya kekhawatiran akan perang dagang global,” kata Analis Doo Financial Futures Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Rabu (5/2).
Lukman mengatakan, dolar AS juga makin tertekan dengan data lowongan pekerjaan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang lebih rendah dari perkiraan. Jumlah lowongan pekerjaan AS hanya mencapai 7,6 juta, di bawah ekspektasi pasar mencapai 8 juta.
Selain itu, menurut Lukman, investor juga menantikan data pertumbuhan ekonomi kuartal IV Indonesia yang akan dirilis hari ini. “Rupiah diperkirakan berada pada level 16.300 per dolar AS hingga 16.400 per dolar AS,” ujar Lukman.
Senada, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah menguat hari ini. “Kemungkinan rupiah terapresiasi ke level 16.320 per dolar AS,” ujar Fikri.
Selain ekonomi global, Fikri mengatakan beberapa faktor domestic juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Fikri mengatakan hasil lelang Surat Berharga Negara (SUN) yang semakin baik akan menguatkan pergerakan rupiah.
Begitu juga dengan hasil pengumuman produk domestik bruto (PDB) kuartal IV Indonesia pada siang ini. “Rilis PDB Indonesia yang diperkirakan masih akan berada di atas 5,0%,” kata Fikri.