Setelah RI Gabung BRICS, Pemerintah Perlu Maksimalkan Kemitraan dengan Afrika Selatan dan Brasil

BRICS adalah kelompok kerjasama ekonomi baru yang diinisiasi beberapa negara seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Setelah RI Gabung BRICS, Pemerintah Perlu Maksimalkan Kemitraan dengan Afrika Selatan dan Brasil

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudistira menilai Indonesia perlu memanfaatkan kemitraan dengan dan usai bergabung menjadi anggota penuh .

BRICS adalah kelompok yang diinisiasi beberapa negara seperti , Rusia, India, China, dan .

Bhima mulanya memberi pandangan bahwa bergabungnya Indonesia ke sebenarnya sudah terlambat. Seharusnya, RI bisa menjadi pendiri .

"Indonesia ini terlambat bergabung dengan . Kalau mau bergabung, seharusnya menjadi founder dari ," katanya dalam konferensi pers Rapor 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran, Selasa (21/1/2025).

Menurut Bhima, dengan bergabungnya Indonesia saat ini ke , hanya akan mereplikasi kerja sama perdagangan yang sudah ada, salah satunya dengan China.

Terlebih, jika Indonesia berharap mendapat keuntungan dari Rusia, misalnya dalam hal pembelian minyak mentah dengan harga murah, ada risiko menghadapi sanksi dari negara-negara barat.

"Terutama sekarang eranya tidak hanya Amerika yang proteksionis, tapi juga negara-negara barat akan cenderung lebih proteksionis, terutama perang Ukraina juga masih menjadi salah satu isu," ujar Bhima.

Maka dari itu, Bhima melihat potensi besar yang bisa dimanfaatkan Indonesia melalui adalah kemitraan dengan (Afsel) dan .

Afsel dan adalah dua negara yang perlu dijalin kerja sama lebih lanjut.

Kerja sama di sini bukan dalam hal mengandalkan ekspor produk RI ke dua negara tersebut. Sebab, jika ini yang diandalkan, ada dua masalah yang dihadapi.

Pertama, barang yang dihasilkan Afsel dan Brasil identik atau merupakan kompetitor dari produk-produk Indonesia. Kedua, mahalnya biaya logistik untuk menyalurkan ke dua negara tersebut.

Baca juga:

Dengan demikian, bersama Afsel, Indonesia disebut bisa memanfaatkan kerja sama pendanaan transisi energi.

Indonesia, sebagai negara yang juga menerima dana JETP (Just Energy Transition Partnership) seperti Afsel, dapat memperkuat posisi dalam kerja sama ini.