Strategi Pelaku UMKM di Tengah Kenaikan Harga Cabai: Penjual Mie Ayam Putar Otak Jaga Cita Rasa

KLIKJATIM.Com | Jember – Selama seminggu terakhir, harga cabai rawit di wilayah Jember melonjak tajam, berkisar antara Rp65.000 hingga Rp105.000 per kilogram. Pantauan di sejumlah pasar menunjukkan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh gagal panen yang dialami petani akibat hujan deras. The post Strategi Pelaku UMKM di Tengah Kenaikan Harga Cabai: Penjual Mie Ayam Putar Otak Jaga Cita Rasa appeared first on KlikJatim.com.

Strategi Pelaku UMKM di Tengah Kenaikan Harga Cabai: Penjual Mie Ayam Putar Otak Jaga Cita Rasa

| Jember – Selama seminggu terakhir, harga cabai rawit di wilayah melonjak tajam, berkisar antara Rp65.000 hingga Rp105.000 per kilogram. Pantauan di sejumlah pasar menunjukkan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh gagal panen yang dialami petani akibat hujan deras.

Kondisi ini turut berdampak pada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), termasuk pedagang mie ayam yang mengandalkan cabai sebagai bahan utama untuk menjaga cita rasa pedas dagangan mereka.

Katiyem, seorang pedagang sayur di Pasar Tanjung, menyebutkan bahwa kenaikan harga cabai juga dipengaruhi oleh banyaknya cabai yang membusuk selama proses pengiriman.

“Harga cabai rawit seminggu terakhir naik drastis. Awalnya Rp65 ribu, lalu naik jadi Rp105 ribu per kilogram. Selain gagal panen, cabai yang dikirim juga banyak yang busuk karena terkena hujan,” ujar Katiyem, Jumat (17/1/2025).

Kenaikan harga ini memaksa para konsumen, termasuk pelaku UMKM, untuk beradaptasi. Sebagian konsumen bahkan hanya membeli cabai dalam jumlah kecil, sekadar untuk memenuhi kebutuhan rasa pedas.

Baca juga:

Salah satu pelaku UMKM yang terdampak adalah Ahmad Yusuf Ruliansyah, pemilik usaha mie ayam “Mie Jebew Pak Dayat.” Untuk tetap menjaga cita rasa pedas pada menu dagangannya, Yusuf harus mencari solusi kreatif, termasuk mendatangkan cabai dari luar kota.

“Setelah tahun baru, harga cabai mulai naik bertahap. Awalnya Rp 80 ribu, sekarang sudah sekitar Rp 100 ribu per kilogram. Kami tetap menjaga kualitas rasa tanpa mengurangi takaran bumbu, meskipun biaya produksi meningkat,” jelas Yusuf.

Untuk memenuhi kebutuhan stok cabai yang mencapai 5 kg per hari, Yusuf mengandalkan pasokan dari saudara di Surabaya. Cabai dikirim melalui paket agar tetap tersedia. Namun, kenaikan harga ini juga memaksanya menaikkan harga per porsi mie ayam meskipun tidak signifikan.

“Konsumen tetap membeli, tetapi ada juga yang membawa cabai sendiri dari rumah kalau ingin lebih pedas,” tambah Yusuf, yang berjualan di Komplek Perumahan ITB .

Meski menghadapi tantangan besar, pelaku UMKM seperti Yusuf menunjukkan semangat untuk terus bertahan dan berinovasi demi menjaga kepercayaan pelanggan. (qom)