Usai Sentuh Level Tertinggi, Harga Bitcoin Mengalami Tekanan di Bawah 100 Dolar AS, Ini Pemicunya
Pada 4 Februari 2025, harga sempat kembali naik hingga 101.000 dolar AS sebelum akhirnya melemah lagi menjadi 95.000 dolar AS pada 10 Februari 2025.
![Usai Sentuh Level Tertinggi, Harga Bitcoin Mengalami Tekanan di Bawah 100 Dolar AS, Ini Pemicunya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/bitcoin-mata-uang-kripto.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin terjadi tekanan setelah menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) sebesar 108.000 dolar AS pada Januari 2025.
Penurunan harga aset tersebut, terjadi pada 3 Februari 2025 yang mana turun lebih dari 15 persen menjadi 91.000 dolar AS.
Keesekoan harinya, pada 4 Februari 2025, harga sempat kembali naik hingga 101.000 dolar AS sebelum akhirnya melemah lagi menjadi 95.000 dolar AS pada 10 Februari 2025.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menegaskan bahwa koreksi harga Bitcoin merupakan fenomena yang wajar dalam pasar yang dinamis.
Baca juga:
"Koreksi harga adalah bagian dari siklus alami. Fluktuasi ini dapat memengaruhi sentimen pasar, namun kami tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin," ujar Oscar dikutip dari Kontan, Selasa (11/2/2025).
Adapuun salah satu faktor utama pemicu koreksi harga Bitcoin dalam beberapa hari terakhir adalah ketegangan perdagangan antara Serikat dan China.
Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden AS pada Februari 2025 berdampak langsung pada pasar global, termasuk aset , yang memicu aksi jual dalam jangka pendek.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, terutama terkait kebijakan fiskal negara-negara besar dan fluktuasi suku bunga, turut memengaruhi pergerakan harga Bitcoin.
Kenaikan suku bunga di beberapa negara besar mendorong peralihan dana dari aset berisiko tinggi, seperti Bitcoin, ke instrumen investasi yang lebih aman.
Meskipun mengalami koreksi harga, permintaan terhadap aset di Indonesia tetap kuat.
Data internal Indodax mencatat bahwa total transaksi pada Januari 2025 mencapai Rp 16,019 triliun, atau sekitar 12,02?ri total transaksi sepanjang 2024.
Meskipun terjadi koreksi harga, Oscar menilai bahwa potensi pemulihan Bitcoin tetap besar.
"Kami telah melihat bagaimana Bitcoin mampu pulih setelah mengalami koreksi tajam. Dengan pasar yang semakin matang dan meningkatnya kesadaran akan aset digital, kami yakin Bitcoin akan kembali menunjukkan tren bullish dalam waktu dekat," ungkapnya.
Oscar juga menambahkan bahwa ketidakpastian pasar global menjadi tantangan tersendiri bagi pertumbuhan di Indonesia. Namun, dengan edukasi yang tepat dan layanan yang andal, investor dapat mengambil keputusan yang lebih bijak.