Arab Saudi Yakin Donald Trump Tidak akan Memperparah Risiko Perang Iran-Israel
Arab Saudi menilai Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump tak akan memperparah risiko perang Iran - Israel.
TEMPO.CO, Jakarta -
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al
Saud, menilai Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden
tidak akan berkontribusi pada
risiko perang Iran - Israel. Sebaliknya, Trump telah menyatakan
ia tidak mendukung konflik.
Pangeran Faisal menuturkan, perang Iran-Israel maupun perang
apa pun di kawasan Timur Tengah merupakan sesuatu yang harus
dihindari oleh semua pihak. Hal itu ia sampaikan dalam
pertemuan internasional tahunan Forum Ekonomi Dunia atau World
Economic Forum (WEF) di Swiss, Selasa, 21 Januari 2025.
“Saya tidak melihat pemerintahan AS yang baru sebagai pihak
yang berkontribusi terhadap risiko perang. Sebaliknya, Presiden
Trump telah cukup jelas menyatakan ia tidak mendukung konflik,”
ujarnya, seperti dikutip oleh Reuters.
Pangeran Faisal berpandangan Timur Tengah memiliki banyak
faktor risiko, tetapi juga memiliki potensi yang besar. Ia
bahkan berharap Iran dan AS dapat berinteraksi dengan baik di
bawah pemerintahan Trump, salah satunya dalam hal program
nuklir.
“Saya berharap pendekatan (pemerintahan Trump) akan disambut,
dari pihak Iran, dengan mengatasi masalah program nuklir,”
ucapnya.
Arab Saudi optimistis terhadap kemungkinan masa depan yang
lebih cerah di kawasan Timur Tengah. Terutama setelah
kesepakatan gencatan senjata di Gaza, yang seharusnya
mengakhiri serangan Israel di wilayah kantong Palestina
tersebut.
“Di kawasan yang lebih luas, masalahnya adalah, dapatkah kita
membangun kawasan berdasarkan kerja sama dan integrasi? Saya
pikir kita bisa. Saya harap orang Iran juga berpikir demikian.
Dan Anda tahu, kami siap untuk melakukan itu,” kata Pangeran
Faisal, dikutip oleh Al Arabiya.
Berbicara tentang agendanya, Pangeran Faisal mengumumkan ia
akan mengunjungi Lebanon pada akhir pekan ini. Rencana
perjalanan tersebut akan menandai kunjungan pertama menteri
luar negeri Arab Saudi ke Lebanon selama lebih dari satu
dekade.
Kerajaan telah menjauhi Lebanon
selama bertahun-tahun akibat pengaruh kuat kelompok Hizbullah
yang didukung Iran terhadap urusan negara.
Pangeran Faisal juga berkomentar tentang pemilu presiden
Lebanon yang berakhir pada awal Januari ini. Ia menilai pilpres
tersebut, setelah kekosongan jabatan yang berkepanjangan di
Lebanon, merupakan hal yang positif. Tetapi, Arab Saudi perlu
melihat reformasi nyata untuk meningkatkan keterlibatannya di
negara itu.
Parlemen Lebanon memilih panglima militer Joseph Aoun – seorang
jenderal yang mendapat dukungan – sebagai kepala
negara awal bulan ini, mengisi jabatan presiden Lebanon yang
telah lama kosong.
Sumber: Reuters | Al
Arabiya
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik