Bos BI Sebut Peluang Penurunan Suku Bunga Tetap Terbuka Namun Terbatas
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di 6% pada November 2024, dengan Gubernur BI Perry Warjiyo menyinggung kemungkinan penyesuaian suku bunga ke depan.
Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 6% pada November 2024. Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo membuka peluang penurunan ke depan.
“Jadi (peluang penurunan suku bunga) masih terbuka. Ruangnya yang dulu agak lebar, sekarang lebih terbatas. Tapi sabarnya lebih banyak. Sambil kita lihat dulu,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI November 2024, Rabu (20/11).
Perry menyatakan kebijakan BI untuk menjaga inflasi tetap rendah. Selain itu, bertujuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,7%-5,5% dan akan meningkat pada 2025.
Untuk itu, bank sentral juga akan mengarahkan kebijakan moneter untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, terutama dari dampak ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global akibat perkembangan politik di Amerika Serikat (AS).
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Masih Terkendali
Nilai tukar rupiah hingga 19 November 2024 melemah 0,84% dari bulan sebelumnya. Pelemahan nilai tukar ini disebabkan penguatan mata uang dolar AS, serta berbaliknya preferensi investor global dengan pemindahan alokasi portofolio kembali ke AS pascahasil pemilihan umum di AS. “Secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali,” kata Perry.
Jika dibandingkan akhir Desember 2023, rupiah depresiasi sebesar 2,74%. Pelemahan rupiah ini lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.
Perry memperkirakan nilai tukar rupiah tetap stabil didukung komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas dan imbal hasil yang menarik. Begitu juga dengan inflasi yang rendah dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik.
Selain itu, seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
“Hal ini untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.