BSI Siapkan Pengembangan Bisnis dan Produk Baru di 2025, Ini Bocorannya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menargetkan beberapa fokus utama dalam pengembangan bisnisnya di tahun 2025. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan, pihaknya akan terus mengoptimalkan inisiatif...
Direktur Utama BSI Hery Gunardi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Tbk (BSI) menargetkan beberapa fokus utama dalam pengembangan bisnisnya di tahun 2025. Direktur Utama Hery Gunardi menjelaskan, pihaknya akan terus mengoptimalkan inisiatif strategis yang telah dirancang.
“Tentu saja, kami akan terus melanjutkan inisiatif strategis yang kita miliki. Fokus utama kami pertama adalah Transaction Banking. Kami akan memperluas jangkauan ATM dan meningkatkan jumlah ATM yang tahun lalu sudah mencapai 5 ribu. Selain itu, kami akan memperbanyak merchant serta memperkenalkan aplikasi baru untuk cash management atau Transaction Banking Wholesale dalam waktu dekat,” ungkap Hery Gunardi dalam Konferensi Pers Kinerja Kuartal IV Tahun 2024 yang diikuti secara daring, Kamis (6/2/2025).
Selain itu, BSI juga akan menggali potensi baru melalui produk bisnis emas, tabungan haji, dan bank asuransi. Produk-produk ini diyakini dapat menjadi kunci pertumbuhan bagi BSI, mengingat peluang yang besar di pasar tersebut.
“Kami baru saja menandatangani kerja sama dengan Prudential Life Syariah untuk menjual produk asuransi. Fokus kami juga pada optimalisasi dana murah melalui produk seperti tabungan Wadiah dan tabungan haji,” tambahnya.
Di tengah ketatnya likuiditas, BSI juga akan fokus pada pembiayaan konsumer. Hery menekankan BSI akan tetap menjaga kualitas pembiayaan agar tetap sehat, serta terus menumbuhkan produk pembiayaan berbasis emas, seperti cicil emas dan gada emas.
"Kami juga terus fokus di Griya dan Mitraguna untuk pembiayaan konsumer. Sampai Desember 2024, pembiayaan kami mencapai Rp 12,8 triliun, yang mengalami pertumbuhan hampir 80 persen dari tahun sebelumnya,” terang Hery Gunardi.
Hery Gunardi juga menekankan pentingnya menjaga kualitas pembiayaan untuk mencegah peningkatan biaya dan menjaga posisi non-performing financing (NPF) yang rendah. “Posisi NPF gross kami di Desember 2024 berada di angka 1,90 persen, yang terbilang rendah. NPF neto juga sudah di bawah 1 persen. Kami akan terus mempertahankan kualitas ini agar dapat menjaga kesehatan pembiayaan,” jelasnya.
Dengan langkah-langkah strategis tersebut, lanjut Hery, BSI optimistis dapat mempertahankan kinerja positif dan melanjutkan pertumbuhannya sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.