Cemas Berlebihan dan Perubahan Mood Jadi Ciri Stres di Tempat Kerja
Tingkat stres di Indonesia mencapai 26 persen dengan 45 persen karyawan mengaku pernah bekerja saat kondisi mental tidak sehat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stres bekerja merupakan tantangan yang dihadapi hampir setiap pekerja di Indonesia.
Menurut survei Mercer Marsh Benefit (MBB) dalam Laporan Health on Demand 2023, tingkat di Indonesia mencapai 26 persen dengan 45 persen karyawan mengaku pernah bekerja saat kondisi mental tidak sehat.
Meski tekanan di tempat kerja sering dianggap bagian dari rutinitas, penting bagi setiap individu untuk memahami cara menghadapi secara sehat agar tetap produktif dan menjaga keseimbangan hidup.
Menurut Kemenkes (2025), tanpa pengelolaan yang benar, kemampuan dan kinerja pekerja akan berkurang dan memperburuk situasi sehingga rentan terhadap berbagai masalah kesehatan.
Psikolog & Initiator Kaukus Kesehatan Jiwa, Dra Psi mengatakan, banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, permintaan berlebihan yang tidak sesuai kompetensi dan tidak diapresiasi merupakan beberapa contoh sor di tempat kerja.
"Hal-hal ini juga berpengaruh dengan bagaimana kita mengelolanya seperti manajemen waktu, mengambil waktu istirahat dengan cuti untuk rekreasi atau melakukan kegiatan penghilang seperti journaling," katanya saat talkshow bertema Mental Health at Work with Stand Up Comedy belum lama ini.
Dikatakannya, beberapa tanda gejala yang harus dikenali yakni gejala fisik dan psikologi misalnya cemas berlebihan dan perubahan mood.
"Namun, jika kita sampai di titik tidak mampu untuk menangani tersebut maka sebaiknya perlu konsultasi ke ahli,” katanya
Budayawan Inaya Wahid mengatakan, berdasarkan pengalamannya akan isu kesehatan mental, dirinya percaya kita semua pasti mengalami banyak hal dan memiliki berbagai tantangan.
"Kadang beberapa hal yang menyebabkan saya trauma sering saya simpan karena saya berpikir bahwa jika saya bereaksi hal tersebut terlihat tidak perlu dilakukan sehingga emosi yang saya pendam terkadang menjadi meledak baik menjadi kemarahan atau kesedihan," katanya.
Tahun lalu, Inaya merasakan beberapa hal terkait kegagalan serta hal-hal yang mentriggernya untuk melihat hidup sebagai hal yang buruk.
"Hal yang saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah mencari informasi, menghubungi orang yang dapat membantu saya dan melakukan konsultasi dengan psikolog,” katanya.
Ketua Kaukus Kesehatan Jiwa, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K) mengatakan, masyarakat Indonesia menghadapi permasalahan terkait dengan kesehatan mental dan perlu segara diatasi.
Indonesia akan menghadapi bonus demografi dan tantangannya kecemasan para kaum muda yakni bagaimana menjaga anak dan membangun hidup di hari tua.
"Indonesia rata-rata IQ 78 dengan normal 110 kalau bisa lebih. Bayangkan kalau satu keluarga IQ 78 dan orangtua tidak memiliki wawasan untuk membangun generasi berkualitas, bagaimana anaknya bisa tumbuh berkembang," katanya.
Healthcare Nutrition Director Danone Indonesia, Ashari Fitriyansyah mengatakan, menyadari pentingnya mengatasi isu mental health di dunia kerja, pihaknya berinisiatif memperhatikan kesehatan mental karyawannya melalui Program Recharge Your Mental Health (REHAT).
"REHAT hadir untuk membantu karyawan meningkatkan kesehatan mental dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dimulai dari Promosi dan Pencegahan, Deteksi/Skrining Awal, dan Treatment," katanya.
Layanan ini dibantu oleh tenaga ahli melalui RILIV, sebuah aplikasi kesehatan mental yang memberikan layanan konseling psikologi online, meditasi, cerita lelap, music relaksasi, dan konten edukasi kesehatan mental. (Eko Sutriyanto)